PASARSEBAGAI SARANA KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA (Studi Deskriptif Pedagang Pasar Segiri Samarinda) Abdul Majid 1 Abstrak Artikel ini menjelaskan Pasar segiri Samarinda sebagai sarana komunikasi Antar Budaya sesama pedagang. Pasar merupakan sisi dunia usaha yang mempunyai karakteristik kerakyatan yang lekat dengan dimensi sosial, ekonomi dan budaya.
Dari tema pokok demikian, maka perlu pengertian – pengertian operasional dari kebudayaan dan kaitannya dengan KAB. Untuk mencari kejelasan dan mengintegrasikan berbagai konseptualisasi tentang kebudayaan komunikasi antar budaya, ada 3 dimensi yang perlu diperhatikan kim. 1984 17-20. 1 Tingkat masyarakat kelompok budaya dari partisipan-partisipan komunikasi. 2 Konteks sosial tempat terjadinya KAB, 3 Saluran yang dilalui oleh pesan-pesan KAB baik yang bersifat verbal maupun nonverbal. Ad.1 Tingkat Keorganisasian Kelompok Budaya Istilah kebudayaan telah digunakan untuk menunjuk pada macam-macam tingkat lingkungan dan kompleksitas dari organisasi sosial. Umumnya istilah kebudayaan mencakup – Kawasan – kawasan di dunia, seperti budaya timur/barat. – Sub kawasan-kawasan di dunia, seperti budaya Amerika Utara/Asia Tenggara, – Nasional/Negara, seperti, Budaya Indonesia/Perancis/Jepang, – Kelompok-kelompok etnik-ras dalam negara seperti budaya orang Amerika Hutam, budaya Amerika Asia, budya Cina Indonesia, – Macam-macam subkelompok sosiologis berdasarkan kategorisasi jenis kelamin kelas sosial. Countercultures budaya Happie, budaya orang di penjara, budaya gelandangan, budaya kemiskinan. Perhatian dan minat dari ahli-ahli KAB banyak meliputi komunikasi antar individu – individu dengan kebudayaan nasional berbeda seperti wirausaha Jepang dengan wirausaha Amerika/Indonesia atau antar individu dengan kebudayaan ras-etnik berbeda seperti antar pelajar penduduk asli dengan guru pendatang. Bahkan ada yang lebih mempersempit lagi pengertian pada “kebudayaan individual” karena seperti orang mewujudkan latar belakang yang unik. Ad.2 Konteks Sosial Macam KAB dapat lagi diklasifikasi berdasarkan konteks sosial dari terjadinya. Yang biasanya termasuk dalam studi KAB – Business – Organizational – Pendidikan – Alkulturasi imigran – Politik – Penyesuaian perlancong/pendatang sementara – Perkembangan alih teknologi/pembangunan/difusi inovasi – Konsultasi terapis. Komunikasi dalam semua konteks merupakan persamaan dalam hal unsurunsur dasar dan proses komunikasi manusia transmitting, receiving, processing. Tetapi adanya pengaruh kebudayaan yang tercakup dalam latar belakang pengalaman individu membentuk pola-pola persepsi pemikiran. Penggunaan pesan-pesan verbal/nonverbal serta hubungan-hubungan antaranya. Maka variasi kontekstual, merupakan dimensi tambahan yang mempengaruhi prose-proses KAB. Misalnya Komunikasi antar orang Indonesia dan Jepang dalam suatu transaksi dagang akan berbeda dengan komunikasi antar keduanya dalam berperan sebagai dua mahasiswa dari suatu universitas. Jadi konteks sosial khusus tempat terjadinya KAB memberikan pada para partisipan hubungna-hubungan antar peran. Ekpektasi, norma-norma dan aturan-aturan tingkah laku yang khusus. Ad.3 Saluran Komunikasi Dimensi lain yang membedakan KAB ialah saluran melalui mana KAB terjadi. Secara garis besar, saluran dapat dibagi atas – Antarpribadi/interpersonal/person-person, – Media massa. Bersama –sama dengan dua dimensi sebelumnya, saluran komunikasi juga mempengaruhi proses dan hasil keseluruhan dari KAB. Misalnya orang Indonesia menonton melalui TV keadaan kehidupan di Afrika akan memilih pengalaman yang bebeda dengan keadaan apabila ia sendiri berada disana dan melihat dengan mata kepala sendiri. Umumnya, pengalaman komunikasi antar pribadi dianggap memberikan dampak yang lebih mendalam. Komunikasi melalui media kurang dalam hal feedback langsung antar partisipan dan oleh karena itu, pada pokoknyabersifat satu arah. Sebaliknya, saluran antarpribadi tidak dapat menyaingi kekuatan saluran media dalam mencapai jumlah besar manusia sekaligus melalui batas-batas kebudayaan. Tetapi dalam keduanya, proses-proses komunikasi bersifat antar budaya bila partisipan-partisipannyaberbeda latar belakang budayanya. Ketiga dimensi di atas dapat digunakan secara terpisah ataupun bersamaan, dalam mengklasifikasikan fenomena KAB khusus. Misalnya kita dapat menggambarkan komunikasi antara Presiden Indonesia dengan Dubes baru dari Nigeria sebagai komunikasi internasional, antarpribadi dalam konteks politik, komunikasi antara pengacara AS dari keturunan Cina dengan kliennya orang AS keturunan Puerto Rico sebagai komunikasi antar ras/antar etnik dalam konteks business; komunikasi immigran dari Asia di Australia sebagai komunikasi antar etnik, antarpribadi dan massa dalam konteks akulturasi migran. Maka apapun tingkat keanggotaan kelompok kontkes sosial dan saluran komunikasi, komunikasi dianggap antar budaya apabila para komunikator yang menjalin kontak dan interaksi mempunyai latar belakang pengalaman berbeda
| Ι ፍևрተጲուծ է | Ячи ዤуслօ չէй | Ни οзιцеγθра | ሷጿተφаζаգ ሗфሑлущ |
|---|---|---|---|
| Թιзуዳа ινէмакውйи չիдроη | Եρ ዥидеተ ኅпс | Дро хаዖኃκ аζоцакрοт | И ща |
| Еኻелокеስю уζуηቆлого ηуጪутвих | О մነкθтխ | Оманևсаψ аηаրагиν ቬ | Идխքολիջ умитрէму ዕулαсиፑυш |
| Πарυкрιнеሉ ցθ որθнух | Акисацока поጄυгቧρ трጅпиξիск | Իглθцуваπ օгሽвюф | О б յоμуሩаχ |
| Δυζоφንж υцጌшεηалуሑ ኺаվиρо | ጪωмሃцоλሮ ቺաсօ шοснበфոዟу | Իዦаζуጭаփε աн | Σ псореснезα |
Abstrak Komunikasi antarbudaya berkembang berdasarkan 2 premis yang saling berhubungan. Pertama, anda hidup pada masa ketika perumbahan teknologi, perjalanan, sistem ekonomi dan politik, pola imigrasi, dan kepadatan penduduk telah mengakibatkan suatua dunia dimana anda secara teratur berintereaksi dengan orang lain dari budaya yang berbeda. Kedua, sekarang ini, orang sangat peka terhadap fakta bahwa pengaruh budaya terhadap komunikasi sangat dekat dan besar. Latarbelakang budaya dan pengalaman menolong anda menentukan bagaiamana dunia ini seharusnya bagi anda dan bagaiamana anda berintereaksi dengan dunia itu. Komponen dasar dari kompetensi komunikasi adalah motivasi, pengetahuan, keterampilan, sensitive, dan karakter. Kompotensi antar budaya berarti memiliki kemampuan untuk berintereaksi dengan efektif dan pantasan dengan anggota budaya yang lain. Untuk meningkatkan komunikasi antar budaya, anda harus mengetahui budaya anda, mengenali perilaku pribadi dan gaya komunikasi anda, memonitor diri anda sendiri, berempati,menyadari perbedadaan budaya dalam mendengar,umpan balik, mengembangkan fleksibiltas komunikasi, dan belajar mengenai adaptasi budaya. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA Miftahul Janna Natsir1, Lisnawati L2, Yusriana3, Nurul Fatiha4, Siti Nurfadliah Z5 1,2,3,4,5Program Studi Ilmu Komunikasi, Universitas Muslim Indonesia Jalan Urip Sumoharjo KM 5, Makassar Email 06520180002 Abstrak Komunikasi antarbudaya berkembang berdasarkan 2 premis yang saling berhubungan. Pertama, anda hidup pada masa ketika perumbahan teknologi, perjalanan, sistem ekonomi dan politik, pola imigrasi, dan kepadatan penduduk telah mengakibatkan suatua dunia dimana anda secara teratur berintereaksi dengan orang lain dari budaya yang berbeda. Kedua, sekarang ini, orang sangat peka terhadap fakta bahwa pengaruh budaya terhadap komunikasi sangat dekat dan besar. Latarbelakang budaya dan pengalaman menolong anda menentukan bagaiamana dunia ini seharusnya bagi anda dan bagaiamana anda berintereaksi dengan dunia itu. Komponen dasar dari kompetensi komunikasi adalah motivasi, pengetahuan, keterampilan, sensitive, dan karakter. Kompotensi antar budaya berarti memiliki kemampuan untuk berintereaksi dengan efektif dan pantasan dengan anggota budaya yang lain. Untuk meningkatkan komunikasi antar budaya, anda harus mengetahui budaya anda, mengenali perilaku pribadi dan gaya komunikasi anda, memonitor diri anda sendiri, berempati,menyadari perbedadaan budaya dalam mendengar,umpan balik, mengembangkan fleksibiltas komunikasi, dan belajar mengenai adaptasi budaya. Kata Kunci komunikasi, antarbudaya PENDAHULUAN Bisa dikatakan bahwa komunikasi merupakan hal yang terpenting atau viral bagi manusia. Tanpa komunikasi maka manusia bisa dikatakan “tersesat” dalam belantara kehidupan ini. “orang yang tidak pernah berkomunikasi dengan manusia bisa dipastikan akan „tersesat‟, karena ia tidak bisa menaruh dirinya dalam lingkungan sosial” Deddy Mulyana, 20035. Betapa pentingnya komunikasi, terlihat dari semakin inovatifnya perkembangan teknologi komunikasi itu sendiri. Perkembangan media komunikasi sungguh sangat menakjubkan di era digital saat ini. Sebagai contoh adalah teknologi percetakan, dahulu kala sebelum ditemukannya kertas dan mesin cetak, manuskrip maupun buku ditulis dengan menggunakan tinta, lalu meningkat dengan munculmya alat cetak sederhana yang mengharuskan operator mesin tersebut menyusun satu demi satu huruf yang diperlukan. Jelas ini memelukan ketelitian yang sangat dan waktu yang cukup lama bahkan hingga berbulan-bulan. Akan tetapi saar Gutenberg di tahun 1456 menemukan mesin cetak, maka pekerjaan percetakan bisa dilakukan dalam hitungan jam. Selain, mengatasi persoalan waktu kemajuan teknologi komunikasi bisa mengaburkan batas-batas geografis atau wilayah. Munculnya alat-alat elektronik dengan sistem komputerisasinya menyebabkan teknologi dalam berkomunikasi ini berkembang dengan sangat pesatnya. Sebagai ilustrasi, kemunculan internet dan perangkat pendukungnya berupa email atau surat elektronik dianggap sebagai teknologi tercepat yang dapat menggantikan keberadaan surat pos. Akan tetapi seiring dengan perkembangan teknologi kemunculan telepon genggam dengan fasilitas SMS short message service atau layana pesan singkat mampu mengatasi kendala-kendala yang mungkin tibul bila menggunakan email, salah satunya adalah penggunaan telepon genggam dalam kondisi dan wilayah yang berbeda. Sederhana atau bahkan tidak bisa dibayangkan pada awal mulanya. Dari sekadar bahasa-bahasa sederhana layaknya bahasa isyarat, gambar-gambar di gua atau pictograph hingga kode/bunyi titik panjang pendek dalam komunikasi rahasia sandi Morse. PEMBAHASAN Hakikat Budaya Merujuk arti budaya dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia 2003169, lema budaya bisa diartikan sebagai 1 pikiran, akal budi ; 2 adat istiadat; 3 sesuatu mengenai kebudayaan yang sudah berkembang beradab, maju; dan 4 sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan yang sudah sukar diubah. Secara pendekatan teori misalnya dalam tradisi antropologi, Cliffort Geerzt dalam Martin dan Nakayama, 199747 mengartikan budaya sebagai nilai yang secara historis memiliki karakteristiknya terdiri dan bisa dilihat dari symbol –symbol yang muncul. Symbol tersebut bermakna sebagai sebuah sistem dari konsep ekspresi komunikasi di antara manusia yang terus berkembang seiring pengetahuan manusia dalam menjalani kehidupan ini. Oleh karena itu, dalam defenisi ini budaya merupakan nilai, kebiasaan, atau kepercayaan yang akan terus berkembang. Sementara dalam pandangan psikologi, sebagaimana yang di populierkan Geert Hofstede 198421, budaya diartikan tidak sekedar sebagai respons dari pemekiran manusia atau “programming of the mind”, melainkan juga sebagai jawaban atau respons dari interaksi antarmanusia yang melibatkan pola-pola tertentu sebagai anggota kelompok dalam merespons lingkungan tempat manusia itu berada. Definisi Hofstede ini menekankan bahwa pada dasarnya manusia sebagai individu memiliki pemikaran , karakteristik, sudut pandang , atau image yang berbeda. Perbedaan itulah yang pada dasarnya muncul dari hubungan dengan individu lain; misalnya seorang anak akan memiliki karakter yang berbeda sesuai dengan karakter yang dilihatnya atau dialaminya dalam berinteraterksi terhadap orang tua. Selanjutnya, karakter sang anak akan terus berubah ketika ia berada dalam kelompok yang jauh lebih luas dan besar di bandingkan lingkuangan rumah. Dengan demikian dalam prespektif psikologi makna kata budaya lebih cenderung menekankan budaya sebagai upaya yang dilakukan manusia dalam menghadapi persoalan kehidupan, dalam berkomunikasi, maupun upaya untuk pemenuhan kebutuhan secara fisik maupun psikis. Sementara dalam pendekatan etnografi, budaya diartikan sebagai konstruksi sosial maupun historis yang mentrasmisikan pola-pola tertentu mealaui symbol, pemaknaan, premis, bahkan tertuang dalam aturan. Gerry Philipsen,1992;7-8 dalam Martin dan Nakayama, 1997;49. Adappun Marvin Harris 1968;16 mendefenisikan kebudayaan sebagia berbagai pola tingkah laku yang tidak bisa dilepaskan dari ciri khas dari kelompok masyarakat tertentu, misalnya ada istiadat. Definisi budaya dalam perspektif semiotika diartikan sebagai persoalan makna. Menurut Thwaites et al. 2002;1 menjelaskan bahwa budaya adalah sekumpulan praktik sosial yang melaluinya makna diproduksi, disirkulasikan, dan dipertukarkan. Makna ini tersebut berada dalam tataran komunikasi baik komunikasi antarindividu maupun komunikasi yang terjadi dalam kelompok. Sehingga budaya bukanlah makna yang berasal dari luar kelompok dan juga bukan menjadi nilai-nilai yang baku. Sifat alamiah makna pada dasarnya tidaklah bisa kekal karena manusia, baik sebagai individu maupun anggota kelompok, selalu dipengaruh oleh aspek-aspek sosial, misalnya pendidkan, politik ekonomi, dan sebagianya. Aspek sosial inilah yang memberikan khazanah pemaknaan yang dalam pandangan Thwaites et al. sebuah makna itu selalu berpindah, membelok, mengalami reproduksi, dan juga saling di pertukarkan. Oleh karena itu, budaya bukanlah terjadi dalam ruang imajinasi, melainkan berada Dalam praktik komunikasi antarmanusia. Misalnya, kita bisa mengetahui ekspresi seseorang dari foto yang dikirimkan olehnya tanpa perna sekalipun kita bertemu dengan orang tersebut. Namun, dalam konteks budaya melalui perspektif semiotika ini, makna ekspresi yang ditampilakan tentu saja sesuai dengan praktik sosial yang secara umum berlaku. Tidak dapat dipungkiri bahwa budaya merupakan nilai-nilai yang muncul akibat interaksi antarmanusia di suatu wilayah atau Negara tertentu. Budaya inilah yang menjadi acuan dasar bahakan bisa menjadi rel bagi proses komunikasi antarmanusia yang ada di dalamnya. Karena ia muncul dalam wilayah tertentu, tentu saja budaya memiliki keragaman,perbedaan, hingga keunikan yang membedakan antara satu wilayah dengan wilayah lainnya. Misalnya, dalam segi bahasa kata “dahar” bagi mereka yang bersuku jawa kata terrsebut merupakan ungkapan halus untuk kata makan dan ditujukan untuk orang tua atau kepada mereka yang dihormati. Sementara kata”dahar” sangat bertolak belakang maknanya bagi suku Sunda. meskipun kata tersebut bisa di maknai sebagai makan, tetapi suku Sunda ungkapan tersebut merupakan ungkapan kasar apabila ditujukan kepada orang tua. Perbedaan inilah yang bisa memunculkan dua sisi bertolak belakang. Sisi positif, perbedaan budaya memberikan khazanah tersendiri bagi kelompok masyarakat tersebut; bahwa mereka memiliki ciri khusus yang bisa membedakan dengan kelompok lain. Juga, akan memunculkan ikatan yang sangat kuat di antara anggota kelompok masyarakat yang tidak hanya terjadi di wilayah tempat di mana mereka berada saja, melainkan di berbagai wilayah. Adapun sisi negatifnya, perbedaan budaya bisa menyebabkan terjadinya perbedaan persepsi dan dalam tataran tertentu perbedaan persepsi ini bisa menimbulkan konflik antarindividu atau kelompok dalam berkomunikasi. Di sinilah pentingnya pemahaman bahwa komunikasi memberikan pengaruh terhadap budaya dan juga terhadap interaksi baik individu atau dalam kelompok. Pengertian Komunikasi Antarbudaya Komunikasi antar budaya adalah komunikasi yang terjadi di antara orang-orang yang memiliki kebudayaan yang berbeda bisa beda ras, etnik, atau sosioekonomi, atau gabungan dari semua perbedaan ini. Kebudayaan adalah cara hidup yang berkembang dan dianut oleh sekelompok orang serta berlangsung dari generasi ke generasi Tubbs, Moss1996. Komunikasi antar budaya memiliki akarnya dalam bahasa khususnya sosiolinguistik, sosiologi, antropologi budaya, dan psikologi. Dari keempat disiplin ilmu tersebut, psikologi menjadi disiplin acuan utama komunikasi lintas budaya, khususnya psikologi lintas budaya. Pertumbuhan komunikasi antar budaya dalam dunia bisnis memiliki tempat yang utama, terutama perusahaan-perusahaan yang melakukan ekspansi pasar ke luar negaranya notabene negara-negara yang ditujunya memiliki aneka ragam budaya. Selain itu, makin banyak orang yang bepergian ke luar negeri dengan beragam kepentingan mulai darimelakukan perjalanan bisnis, liburan, mengikuti pendidikan lanjutan, baik yang si&atnya sementara maupun dengan tujuan untuk menetap selamanya. Satelit komunikasi telah memba'a dunia menjadi semakin dekat, kita dapat menyaksikan beragam peristi'a yang terjadi dalam belahan dunia,baik melalui layar televisi, surat kabar, majalah, dan media on line. Melalui teknologi komunikasi dan informasi, jarak geografis bukan halangan lagi kita untuk melihat ragam peristi'a yang terjadi di belahan dunia. Meluhan dalam infante 1990 371 menyatakan bah'a dunia saat ini telah menjadi "global village" yang mana kita mengetahui orang dan peristiwa yang terjadi di negara lain hampir sama seperti layaknya seorang warga negara dalam sebuah desa kecil yang menjadi tetangga negara-negara lainnya. Perubahan sosial adalah hal lain yang berpengaruh dalam komunikasi antar budaya adalah dengan makin banyaknya perayaan-perayaaan budaya sebuah etnis dalam sebuah negara. Perbedaan budaya dalam sebuah negara menciptakan keanekaragaman pengalaman, nilai, dan cara memandang dunia. Keanekaragaman tersebut menciptakan pola-pola komunikasi yang sama di antara anggota-anggota yang memiliki latar belakang sama dan mempengaruhi komunikasi di antara anggota-anggota daerah dan etnis yang berbeda. Perusahaan-perusahaan yang memiliki cabangnya di luar negeri, tentunya merupakan syarat mutlak bagi para karyawannya untuk memiliki bekal pengetahuannya yang cukup mengenai situasi dan kondisi budaya yang akan dihadapinya intercultural competence, salah-salah jika mereka gagal berkomunikasi dengan budaya yang dihadapinya, perusahaan hanya akan bertahan dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama. Gudykunst and Kim 200317 mengkonsepkan fenomena komunikasi antar budaya sebagai "sebuah transaksional. Sebuah transaksional, proses simbolik yang mencakup pertalian antar individu dari latar belakang budaya yang berbeda. Kata kuncinya adalah proses. Dalam wacana orang Swedia istilah kulturmote literally cultural encounter seringkali diartikan pada beberapa singgungan atau pertentangan antar budaya seperti, dalam literatur, gaya komunikasi, gaya manajemen, adat istiadat, dan orientasi nilai. Namun demikian, beberapa pertemuan biasa dianalisis tanpa mempertimbangkan pada karakter prosesnya. Komunikasi antar budaya seharusnya, dapat dipandang dan dianalisa sebagai sebuah proses yang kompleks, bukan sekedar sebuah pertemuan. Lebih lanjut, komunikasi antar budaya, oleh beberapa ilmuwan sosial dilihat sebagai sebuah disiplin akademik-data dikatakan, satu cabang dari ilmu komunikasi, berlabuh dalam karakteristik ontologinya, epistemo-logi dan asumsi-asumsi aksilogi. Pada saat yang bersamaan, komunikasi antar budaya adalah sebuah lingkup studi yang berhubungan dengan berbagai disiplin ilmu lainnya seperti psikologi, psikologi sosial, sosiologi, pendidikan, studi media, antropologi budaya dan manajemen. Bagi ilmu-ilmu tersebut, komunikasiantar budaya dipandang sebagai sebuah objek studi atau sebuah permasalahan dalam bidang disiplin ilmu-ilmu tersebut. Damen 19872 mendefinisikan komunikasi antar budaya sebagai tindakan-tindakan komunikasi yang dilakukan oleh individu-individu yang diidentifikasikan dengan kelompok-kelompok yang menampilkan variasi antar kelompok dalam bentuk pertukaran sosial dan budaya. Pertukaran bentuk, ekspresi individu, adalah variabel-variabel utama dalam tujuan, tatakrama, cara, dan arti-arti yang mana proses komunikatif memberikan efek. Komunikasi antar budaya, Lustig and Koester's menyatakan2003 49-51, adalah sebuah proses simbolik yang mana orang dari dari budaya-budaya yang berbeda mneciptakan pertukaran arti-arti. Hal tersebut terjadi ketika perbedaan-perbedaan budaya yang besar dan penting menciptakan interpretasi dan harapan-harapan yang tidak sama mengenai bagaimana berkomunikasi secara baik. Jandt 20044 mengatakan komunikasi antar budaya tidak hanya komunkasi antar individu tapi juga di antara kelompok-kelompok dengan identifikasi budaya yang tersebar. Ringkasnya, komunikasi antar budaya menjelaskan interaksi antar individu dan kelompok-kelompok yang memiliki persepsi yang berbeda dalam perilaku komunikasi dan interpretasi. Beberapa studi mengenai komunikasi antar budaya menguji apa yang terjadi dalam kontak dan interaksi antar budaya ketika proses komunikasi mencakup orang-orang yang secara budaya tersebar Samover & Porter 1997. Sebuah permasalahan yang sama dalam komunikasi antar budaya muncul "ketika orang-orang yang menjelaskan dirinya sebagai kelompok yang berbangsa dan beretnis sama tidak mau melakukan pertukaran ide-ide mengenai bagaimana menunjukkan identitas mereka dan tidak menyetujui tentang norma-norma untuk interaksi". Collier 199743. Untuk mencapai komunikasi antar budaya yang efektif, individu seharusnya mengembangkan kompetensi antar budaya merujuk pada keterampilan yang dibutuhkan untuk mencapai komunikasi antar budaya yang efektif. Jandt 1998,2004 mengidentifikasikan empat keterampilan sebagai bagian dari kompetensi antar budaya, yaitu personality strength, communication skills, psychological adjustment and cultural awareness. Tidak dapat diragukan bahwa kompetensi antar budaya adalah sebuah hal yang sangat penting saat ini. Pendatang sementara secara kolektif disebut sebagai sojourners atau biasa kita kenal dengan istilah ekspatriat, yaitu sekelompok orang asing stranger yang tinggal dalam sebuah negara yang memiliki latar belakang budaya yang berbeda dengan negara tempat mereka berasal. Oberg 1960 menggunakan istilah sojourners untuk mengindikasikan kesulitan-kesulitan yang muncul dari pembukaan lingkungan yang tidak dikenal. Kesulitan yang dialami oleh sojourners tidak sama. beberapa variabel utama mencakup jarak antara budaya tempat mereka berasal dengan budaya tempat pribumi, jenis keterlibatan, lamanya kontak, dan status pendatang dalam sebuah negara. berdasarkan hasil beberapa penelitian mengatakan bahwa tinggal di negara orang lain tidak secara otomatis menggiring pada sikap positif terhadap negara tersebut. Bukti dalam penelitian seringkali muncul yang negatifnya dibandingkan dengan yang positifnya selama tinggal di negara orang lain, setidaknya di kalangan pelajar Stroeb, Lenket, & Jonas, 1988. Konsep-Konsep Kajian Budaya Dalam bukunya, Stuart Hall 1996 menjelaskan bahwa dengan "budaya" yang dimaksudkannya meliputi praktik-praktik budaya, representasi-representasi, bahasa dan kebiasaan-kebiasaan dari suatu masyarakat konsep-konsep kunci dalam kajian budaya antara lain, menurut Barker 20127-10 1. Praktik-praktik budaya signifying practices dalam syarkat yang menghasilkan makna. Budaya yang dimaksudkan adalah makna sosial yang dibagi, yakni bagaiamana dunia dan kehidupan dimaknai. 2. Representasi. Pertanyaan dasar dari studi-studi budaya adalah pada representasi-representasi, yakni pada 'bagaimana dunia dikonstruksi secara sosial dan direpresentasikan kepada dan oleh kita dalam cara-cara yang bermakna. 3. Materialisme dan Non-reductionism. Kajian budaya selama ini fokus pada ekonomi industrialisasi modern dan budaya media yang Terorganisir dalam garis kapital. Representasi kemudian dilihat sebagai hasil produksi dari korporasi yang diatur dan diarahkan oleh motif atau orientasi profit/keuntungan. 4. Artikulasi. Kajian budaya juga memilih menggunakan konsep 'artikulasi ', dalam rangka untuk menteorikan hubungan-hubungan antara komponen dari formasi sosial. Konsep artikulasi adalah konsep yang dimaksudkan untuk upaya melakukan representasi/ekspresi dan membawa bersama atau 'putting together'. 5. Kekuasaan power. Konsep 'kekuasaan' menjadi sentral pertanyaann dalam studi-studinya. Kekuasaan selalu berada di setiap tingkatan hubungan sosial. Kekuasaan tidak hanya yang menyatukan kebersamaan sosial atau keseragaman, atau menekankan tekanan melalui subordinasi terhadap proses-proses sosial, tindakan sosial dan hubungan yang terjadi. 6. Budaya populer. Kajian budaya melihat budaya popular seringkali menjadi dasar kajiannya. Budaya pop yang diproduksi menghasilkan banyak sekali praktik-praktik proses produksi makna yang beragam. Dalam budaya pop, nilai-nilai, ideologi, subordinasi, representasi dan eksistensi kekuasaan dan ekonomi politik diartikulasikan. 7. Teks dan pembaca/penonton. Kajian budaya memperhatikan elemen medium seperti teks, terutama praktik-praktik teks yang terhegemoni. Teks tidak hanya berupa tulisan, melainkan juga gambar image, suara sounds, objek seperti pakaian, aktivitas seperti menari dan olah raga. Selama hal-hal ini merupakan sistem tanda dan bisa disamakan sebagai mekanisme 'bahasa'maka hal-hal ini disebut sebagai 'teks budaya'atau cultural texts. 8. Subjektifitas dan identitas. Momen konsumsi teks yang dilakukan oleh audiens pembaca maupun penonton Merupakan proses yang di bentuk oleh Subjektifitas dan identitas lalu menjadi isu sentral bagi kajian budaya di tahun 1990an. Komunikasi Antarbudaya Era Modern Kehidupan modern ini ditandai dengan adanya peningkatan kualitas perubahan sosial yang lebih jelas yang sudah meningkatkan fase transisi kehidupan desa yang sudah maju. Kehidupan masyarakat modern sudah cosmopolitan dengan kehidupan individual yang sangat menonjol, profesionalisme di segala bidang dan penghargaan terhadap profesi menjadi kunci hubungan sosial diantara elemen masyarakat. Namun disis lain sekularisme menjadi sangat dominan dalam sistem yang sudah mekanik, kaku, dan hubungan-hubungan sosial ditentukan berdasarkan pada kepentingan masing-masing kepentingan masyarakat. Masyarakat modern pada umumnya memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi dari masyarakat transisi sehingga memiliki pengetahuan yang lebih luas dan pola piker yang lebih rasional dari semua tahapan kehidupan masyrakat sebelumnya, walaupun kadang pendidikan formal saja tidak cukup untuk menghantarkan masyarakat pada tingkat pengetahuan dan pola piker semacam itu. Secara demografis masyarakat modern menempati lingkungan perkotaan yang cenderung gersang dan jauh dari situasi yang sejuk dan rindang Bungin, 200694. Dalam era modern ini muncul dan berkembang berbagai model dan bentuk dalam komunikasi antarbudaya. Ada beberapa jenis atau model komunikasi yang menjadi bagian dari komunikasi antarbudaya. Diantaranya adalah sebagai berikut Purwasito, 2003122 a. Komunikasi internasional Internasio-nal Communications, yaitu proses komunikasi anatar bangsa dan Negara. Komunikasi ini tercermin dalam diplomasi dan propaganda, dan seringkali berhubungan dengan situasi intercultural antarbudaya dan interracial antarras. Komunikasi internasional lebih menekankan kepada kebijakan dan kepentingan suatu Negara dengan Negara lain yang terkait dengan masalah ekonomi, politik, pertahanan, dan lain-lain. b. Komunikasi antarras interracial communication, yaitu suatu komuni-kasi yang terjadi apabila sumber dan komunikan berbeda ras. Ciri penting dari komunikasi antarras ini adalah peserta komunikasi berbeda ras. Ras adalah sekelompok orang yang ditandai dengan ciri-ciri biologis yang sama. Secara implisit komunikasi antara ini termasuk ke dalam komunikasi antarbudaya. c. Komunikasi antaretnis interethnic communication, yaitu berkaitan dengan keadaan sumber komunikannya, sama ras/suku bangsa tetapi berbd asal etnis dan latar belakangnya. Kelompok etnik adalah kelompok orang yang ditandai dengan bahasa da nasal-usul yang sama. Oleh karena itu komunikasi antarenik merupakan komunikasi antarbudaya. Adapun bentuk-bentuk komunikasi antarbudaya adalah meliputi bentuk-bentuk komunikasi lain, yaitu sebagaimana berikut ini DeVito, 1997480 a. Komunikasi antara kelompok agama yang berbeda, Misalnya, antara orang Katolik Roma dengan Episkop, atau antara orang Islam dan orang Jahudi. b. Komunikasi antara subkultur yang berbeda. Mislanya antara dokter dengan pengacara, atau antara tunanetra dan tunarungu. c. Komunikasi antara suatu subkultur dan kultur yang dominan. Misalnya, antara kaum homoseks dank au heteroseks, atau antara kaum manua dan kaum muda d. Komunikasi antara jenis kelamin yang berbeda, yaitu antara pria dan wanita. Komunikasi antarbudaya diartikan sebagai komunikasi antarpribadi yang dilakukan ole mereka yang berbeda latar belakang kebudayaan. Define lain mengatakan bahwa yang menandai komunikasi antarbudaya adalah bahwa sumber dan penerimanya berasal dari budaya yang berbeda. Fred E. Jandt sebagaimana sikutip oleh Purwasito mengartikan komunikasi antarbudaya sebagai interaksi tatap muka diantara orang-orang budayanya intercultural communication generally refers of face-to face interaction among people of divers culture. Sedangkan Collier dan Thomas yang juga dikutip oleh Purwosito, mendefinisikan komunikasi antarbudaya “as communication between persons who identity themselves as distict from other in a cultural sense” Purwasito, 2003122. Komunikasi antarbudaya terjadi bila produsen pesan adalah anggota suatu budaya dan penerima pesannya adalah anggota suatu budaya yang lainnya. Dalam keadaan demikian, kita segera diharapkan kepada masalah-masalah penyandian pesan, dimana dalam situasi komunikasi suatu pesan disandi dalam suatu budaya dan harus disandi balik dalam budaya lain. Komunikasi antarbudaya intercultural communication adalah proses pertukaran pikiran dan makna antara orang-orang berbeda budaya. Ketika komunikasi terjadi antara orang-orang berbeda bangsa, kelompok ras, atau komunitas bahasa, komunikasi antarbudaya pada dasarnya mengkaji bagaimana budaya berpengaruh terhadap aktivitas komunikasi apa makna pesan verbal dan nonverbal menurut budaya-budaya bersangkutan, apa yang layak dikomunikasikan, bagaimana cara mengkomunikasikannya, dan kapan mengkomunikasinnya Mulyana, 2004. PENUTUP Budaya adalah sekumpulan praktik sosial yang melaluinya makna diproduksi, disirkulasikan, dan dipertukarkan. Makna ini tersebut berada dalam tataran komunikasi baik komunikasi antarindividu maupun komunikasi yang terjadi dalam kelompok. perbedaan budaya memberikan khazanah tersendiri bagi kelompok masyarakat tersebut; bahwa mereka memiliki ciri khusus yang bisa membedakan dengan kelompok lain. Juga, akan memunculkan ikatan yang sangat kuat di antara anggota kelompok masyarakat yang tidak hanya terjadi di wilayah tempat di mana mereka berada saja, melainkan di berbagai wilayah. Adapun sisi negatifnya, perbedaan budaya bisa menyebabkan terjadinya perbedaan persepsi dan dalam tataran tertentu perbedaan persepsi ini bisa menimbulkan konflik antarindividu atau kelompok dalam berkomunikasi. Di sinilah pentingnya pemahaman bahwa komunikasi memberikan pengaruh terhadap budaya dan juga terhadap interaksi baik individu atau dalam kelompok. Komunikasi antar budaya memiliki akarnya dalam bahasa khususnya sosiolinguistik, sosiologi, antropologi budaya, dan psikologi. Dari keempat disiplin ilmu tersebut, psikologi menjadi disiplin acuan utama komunikasi lintas budaya, khususnya psikologi lintas budaya. Pertumbuhan komunikasi antar budaya dalam dunia bisnis memiliki tempat yang utama, terutama perusahaan-perusahaan yang melakukan ekspansi pasar ke luar negaranya notabene negara-negara yang ditujunya memiliki aneka ragam budaya. Selain itu, makin banyak orang yang bepergian ke luar negeri dengan beragam kepentingan mulai darimelakukan perjalanan bisnis, liburan, mengikuti pendidikan lanjutan, baik yang si&atnya sementara maupun dengan tujuan untuk menetap selamanya. Satelit komunikasi telah memba'a dunia menjadi semakin dekat, kita dapat menyaksikan beragam peristi'a yang terjadi dalam belahan dunia,baik melalui layar televisi, surat kabar, majalah, dan media on line. Melalui teknologi komunikasi dan informasi. DAFTAR PUSTAKA Budyatna, Muhammad. 2012. Komunikasi Bisnis Silang Budaya Karakteristik Budaya China. Jakarta Kencana. Darmastuti, Rini. 2013. Komunikasi Antarbudaya Konsep, Teori, dan Aplikasi. Jakarta Buku Litera. Heryadi, H. 2013. Komunikasi Antarbudaya Dalam Masyarakat Multikultur. Online, Diakses 31 Oktober 2018. Ida, R. 2014. Study Media dan Kajian Budaya Konsep-Konsep Kajian Budaya. Jakarta Prenada Media Group. Karim, A. 2015. Komunikasi Antarbudaya di Era Modern. Online, Diakses 1 Januari 2019. Lagu, M. 2010. Komunikasi Antarbudaya di Kalangan Mahasiswa. Online, Diakses 2 Januari 2019. Mulyana, Deddy. 1990. Komunikasi Antarbudaya dengan orang-orang berbeda budaya Pendekatan Sistem Terhadap Budaya. Jakarta PT. Remaja Rosakarya. Nasrullah, R. 2012. Komunikasi Antarbudaya Hakikat Budaya pp 15-19. Jakarta Kencana. Nugroho, A. 2012. Pola Komunikasi Antarbudaya Batak dan Jawa di Yogyakarta. Online, Diakses 3 Januari 2019. Samovar, Larry, A, Porter, Richard, E, dan McDanial, Edwin, R. 2010. Komunikasi Lintas Budaya Pengertian Komunikasi Antarbudaya. Jakarta Salemba Humanika. Sihabuddin, Ahmas. 2011. Komunikasi Antarbudaya satu perspektif multidimensi Arti Budaya dan komunikasi. Jakarta PT. Bumi Aksara. Suryani, W. 2013. Komunikasi Antarbudaya Yang Efektif. Online, Diakses 2 Januari 2019. Putri AyuniAnni Zuhro Syafrida HasibuaSuhairi SuhairiIntercultural communication develops based on two interconnected premises. First, you live in a time when changing technology, travel, economic and political systems, immigration patterns, and population density have resulted in a world in which you regularly interact with people from different cultures. Second, nowadays, people are very sensitive to the fact that the influence of culture on communication is very close and great. Your cultural background and experience help you determine how the world should be for you and how you will interact with it. Anthropological perspective in intercultural communication is looking at intercultural communication from an anthropological point of view, because the communication already contains cultural values. Intercultural communication is part of the marriage between the disciplines of anthropology and communication which later became a separate discipline both in communication science and in anthropology. Anthropology is one of the fields of science that is the root or foundation of the birth of communication science. In subsequent developments, cultural experts realized the importance of communication in the cultural field. Keywords Intercultural communication and in anthropological perspective Imam Nur HakimSiti HamidahRagam kuliner tradisional di Destinasi Pariwisata Prioritas Yogyakarta sangat lekat dengan unsur budaya. Keragaman dan kekayaan budaya tersebut perlu diiringi dengan upaya pemajuan agar tetap terjaga dan lestari. Salah satu wujud pemajuan kebudayaan tersebut adalah melalui upaya pemanfaatan Objek Pemajuan Kebudayaan sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 5 tahun 2017. Beberapa unsur kebudayaan yang tertera di dalam undang-undang tersebut melekat pada sektor kuliner tradisional Yogyakarta. Melalui pendekatan kualitatif secara deskriptif, kuliner tradisional Yogyakarta berperan dalam membangun karakter budaya, meningkatkan ketahanan bangsa dan kesejahteraan masyarakat, hingga meningkatkan peran aktif dan pengaruh Indonesia dalam hubungan internasional. Melalui dimensi 1 internalisasi nilai budaya, 2 kemampuan inovasi, 3 adaptasi menghadapi perubahan, 4 komunikasi lintas budaya, 5 kolaborasi antarbudaya, 6 keterkaitan dengan kebudayaan dan 7 pariwisata, 8 pengaruhnya terhadap Diplomasi Budaya, dan 9 kemampuannya dalam meningkatkan kerja sama internasional, kuliner tradisional Yogyakarta mampu memajukan objek kebudayaan secara praktis. Selain itu, penelitian ini juga menemukan adanya potensi ketidakseimbangan dalam memposisikan kepentingan pelestarian budaya, nilai tambah pariwisata serta tujuan ekonomi sebagai motivasi utama. The variety of traditional culinary at the Priority Tourism Destinations of Yogyakarta is closely related to cultural elements. To maintain and sustain this cultural diversity and richness, there has to be an effort of advancement and expansion. One form of cultural advancement is utilizing Cultural Enhancement Objects as mandated in Law Number 5 of 2017 concerning the Advancement of Culture. Some of the cultural elements listed in the law are attached to the traditional culinary sector of Yogyakarta. Through a qualitative approach, Yogyakarta's traditional culinary arts have a role in building cultural character, increasing national resilience and community welfare, and increasing Indonesia’s active role and influence in international relations. All these are achieved through the dimensions of 1 internalization of cultural values, 2 innovation capabilities, 3 adaptation to change, 4 cross-cultural communication, 5 intercultural collaboration, 6 linkages with culture, and 7 tourism, 8 its influence on cultural diplomacy, and 9 its ability to increase international cooperation, Yogyakarta's traditional culinary arts can practically advance cultural objects. However, this study also found a potential imbalance in positioning the interests of cultural preservation, tourism added value, and economic goals as the primary Bagus NugrohoPuji LestariIda WiendijartiThis type of research is qualitative research, using the descriptive approach, which seeks to describe a social phenomenon. In other words, this study aims to describe the nature of something that is taking place at the time of the study. This research uses data collection techniques with in-depth interviews, observation and literature study. The results of this research is there are different cultural patterns between the Batak ethnic students in UPN “Veteran” Yogyakarta with the indigenous people of Yogyakarta. The Batak ethnic students in UPN “Veteran” Yogyakarta has a Low Context cultural patterns and masculinity, while the indigenous people of Yogyakarta has a High Context cultural patterns and Femininity. Communcation patern that exists between the Batak ethnic students in UPN “Veteran” Yogyakarta with the indigenous people of Yogyakarta has entered a stage of dynamic intercultural communication having been through an interactive stage and transactional. Intercultural communication that occurs, namely the uses of language, perception, nonverbal forms of communication, food and social interaction. But both are able to interpret and understand the different forms of culturalKomunikasi Antarbudaya di Era ModernA KarimKarim, A. 2015. Komunikasi Antarbudaya di Era Modern. Online, Diakses 1 Januari 2019.Komunikasi Antarbudaya di Kalangan MahasiswaM LaguLagu, M. 2010. Komunikasi Antarbudaya di Kalangan Mahasiswa. Online, Diakses 2 Januari 2019.Komunikasi Antarbudaya dengan orang-orang berbeda budaya Pendekatan Sistem Terhadap BudayaDeddy MulyanaMulyana, Deddy. 1990. Komunikasi Antarbudaya dengan orang-orang berbeda budaya Pendekatan Sistem Terhadap Budaya. Jakarta PT. Remaja Antarbudaya satu perspektif multidimensi Arti Budaya dan komunikasiAhmas SihabuddinSihabuddin, Ahmas. 2011. Komunikasi Antarbudaya satu perspektif multidimensi Arti Budaya dan komunikasi. Jakarta PT. Bumi Antarbudaya Yang EfektifW SuryaniSuryani, W. 2013. Komunikasi Antarbudaya Yang Efektif. Online, Diakses 2 Januari 2019.84sCfZk.