BeliDASAR-DASAR KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA. Harga Murah di Lapak AJIBAYUSTORE. Telah Terjual Lebih Dari 1. Pengiriman cepat Pembayaran 100% aman. Belanja Sekarang Juga Hanya di Bukalapak. MAKALAH KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA Disusun Oleh LUTHFIYAH SHAFIRA 07031281520157 Dosen Pembimbing Febrimarani Melinda, PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SRIWIJAYA TAHUN 2016/2017 1Page TUGAS MANDIRI I FISIP UNIVERSITAS SRIWIJAYA KAMPUS INDRALAYA Mata Kuliah Jurusan / Kelas Dosen Komunikasi Antar Budaya Ilmu Komunikasi / B Dr. Fauziah Asyiek, M. Si Febrimarani Malinda, MA Jenis Tugas Tugas Mandiri Metode Review dan Analisis Tujuan Mengembangkan cara belajar dan pemahaman mahasiswa pada tingkat komunikasi antar budaya. Guna mengukur kemampuan dan ketajaman analisis mahasiswa terhadap objek kajian di dalam Komunikasi Antar Budaya. Rincian Tugas 1. Buatlah paper Komunikasi Antar Budaya yang mengandung isi tentang Ruang Lingkup KAB, Paradigma dalam KAB, serta Kajian singkat tentang Bahasa dan Budaya di Indonesia. 2. Buatlah paper pada kertas A4 dengan aturan penulisan Huruf Times New Roman, Ukuran Huruf 12, Spasi 1,5 3. Gunakan 4 buah Buku sebagai bahan refrensi, minimalisir penggunaan artikel di dalam Website, dan sertakan di dalam Daftar Pustaka pada halaman terakhir. 4. Buatlah paper sebanyak 17 lembar, yang masing-masing terdiri dari 1 lembar Halaman depan, 1 lembar Halaman Daftar Tugas Mandiri I, 13 lembar Halaman ISI terdiri atas, 5 lembar Pembahasan tentang Ruang Lingkup KAB, 4 lembar Pembahasan tentang Paradigma dalam KAB, dan 4 lembar Pembahasan tentang Kajian Bahasa dan Budaya di Indonesia, 1 lembar Halaman Kesimpulan, 1 lembar Halaman Daftar Pustaka. 5. Tugas di serahkan 5 hari setelah tugas di berikan. Paling telat pada pukul WIB di Kampus Indralaya. 6. SELAMAT MENGERJAKAN!!!!! Palembang, 19 Agustus 2016 DOSEN PENGASUH FEBRIMARANI MALINDA, MA 2Page A. RUANG LINGKUP KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA  KOMUNIKASI. Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari bahasa Latin communicatio dan bersumber dari kata communis yang berarti sama, sama di sini maksudnya adalah “sama makna”. Yang dimaksud “sama makna” adalah tujuan inti dari dibangunnya komunikasi yang baik, yaitu adanya persamaan persepsi sudut pandang dan cara berpikir pemahaman dalam setiap interaksi sehingga tidak menimbulkan kesalahpahaman saat berkomunikasi. Carl I. Holand berpendapat bahwa “komunikasi adalah proses yang memungkinkan seseorang komunikator menyampaikan rangsangan biasanya lambang-lambang verbal untuk mengubah perilaku orang lain komunikati. Sedangkan, Harold Lasswell mengemukakan definisi dari komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut “who sayssiapa yang mengatakan?, what in apa yang dikatakan?, which channel melalui saluran atau media apa yang digunakan?, to whom untuk siapa pesan tersebut disampaikan?, dan terakhir with what effect bagaimana pengaruhnya?” Deddy Mulyana, 201368-69. Dari dua definisi di atas terdapat inti dari definisi komunikasi, yaitu pesan yang ingin disampaikan oleh sumber kepada penerima harus dapat diterima dengan baik dan dapat memberi pengaruh seperti yang diharapkan agar tidak muncul kesalahpahaman dalam pemahaman makna. Pada awalnya komunikasi hanya memiliki tiga unsur penting, yaitu sumber, pesan informasi, dan penerima. Namun, unsur-unsur tersebut berkembang hingga menjadi lebih banyak, antara lain sumber yang juga bisa menjadi penerima komunikan, pesan atau informasi, penerima sekaligus sumber komunikator atau komunikati, efek atau pengaruh dari komunikasi, media atau saluran yang digunakan, adanya feedback atau respon yang didapat, adanya gangguan baik dari internal maupun eksternal, dan terakhir lingkungan atau konteks dari komunikasi. Fungsi komunikasi sendiri dalam komunikasi antar budaya apabila dikaitkan dengan fungsi komunikasi menurut William I. 3Page Gorden, yaitu komunikasi sosial, komunikasi ekspresif, komunikasi ritual, dan komunikasi instrumental Deddy Mulyana, 2013 5. Fungsi pertama komunikasi sosial adalah untuk membangun diri menjadi lebih baik sehingga dapat berhubungan dengan orang lain. Fungsi kedua komunikasi ekspresif membuat seseorang lebih dapat menyampaikan maksud dari perkataannya melalui ekspresi yang ditunjukkan sehingga mengurangi timbulnya kesalahpahaman. Fungsi ketiga ; komunikasi ritual biasanya dilakukan secara kolektif lewat tradisi atau kebiasaan yang sering dilakukan. Dan terakhir fungsi keempat komunikasi instrumental bertujuan untuk menginformasikan, mengubah sikap, dan juga menghibur secara garis besar dimaksudkan untuk membujuk seseorang untuk mengubah sikapnya menjadi lebih baik.  BUDAYA. Istilah budaya berasal dari bahasa sansekerta buddhayah, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi dan akal. Budaya merupakan suatu perkembangan dari kata majemuk budi-daya, yang berarti daya dari budi, karena itu mereka membedakan antara budaya dengan kebudayaan. DalamKamus Besar Bahasa Indonesia 2003 169, budaya bisa diartikan sebagai; 1 pikiran, akal budi; 2 adat isitiadat; 3 sesuatu mengenai kebudyaan yang sudah berkembang beradab, maju; dan 4 sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan yang sudah sukar diubah Djoko Widagdho, 2010. Budaya adalah daya dari budi yang berupa cipta, karsa dan rasa, dan kebudayaan, adalah hasil dari cipta, karsa dan rasa tersebut. Budaya berkenaan dengan kehidupan manusia karena faktor utama yang tanpa disadari telah melekat pada manusia sedari ia lahir. Budaya yang dibawanya sedari ia lahir adalah budaya yang diberikan oleh orang tuanya atau sering dikatakan adalah kebiasaan/cara yang diturunkan dari generasi ke generasi. Seperti yang dikatakan oleh Tubbs, Stewart and Moss, Sylvia dalam Rini Darmastuti, 2013 29 bahwa “culture is a way of life developed and shared by a group of people and passed down from generation to generation” yang dapat 4Page diartikan menjadi “budaya adalah sebuah cara hidup yang dikembangkan dan diberikan oleh sekelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi . Budaya yang diwariskan itulah yang mempengaruhi cara hidup manusia dari bagaiamana cara bertahan hidup, cara berinteraksi, cara berkomunikasi, hingga kebiasaan yang dilakukan yang akan bercampur saat ia berinteraksi dengan orang lain yang memiliki budaya yang berbeda. Budaya memiliki unsur-unsur yang berkaitan secara langsung dengan persepsi kita saat berkomunikasi Rini Darmastuti, 2013 3335, yaitu 1. Kepercayaan, nilai, dan sikap. Unsur ini menjadi faktor utama yang mempengaruhi kita saat berkomunikasi karena dapat menjadi penghalang persamaan persepsi apabila memiliki kepercayaan, nilai, dan sikap yang berbeda dari sumber komunikator. 2. Pandangan dunia. Yang dimaksud dalam unsur ini adalah bagaimana persepsi dunia pada suatu hal dapat mempengaruhi kita berkomunikasi. 3. Organisasi sosial. Organisasi apa yang kita ikuti menjadi tempat atau lingkungan yang dapat mempengaruhi persepsi kita akan suatu hal dan dapat membentuk perilaku maupun persepsi yang baru. 4. Tabiat manusia. Unsur ini merupakan unsur yang dibawa sedari kecil yang menjadi kebiasaan dan sulit untuk diubah serta, menjadi salah satu faktor utama yang dapat menimbulkan kesalahpahaman saat berkomunikasi. 5. Orientasi kegiatan. Kegiatan yang kita lakukan seharihari juga dapat memberi pengaruh persepsi kita dalam memandang suatu hal. 6. Persepsi tentang diri dan orang lain. Unsur ini sangat dipengaruhi dari latar belakang yang kita miliki karena secara tidak langsung menanamkan stereotip dan prasangka yang sedari dulu sudah ada.  KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA. 5Page Istilah antar budaya diperkenalkan oleh Edward T. Hall pada tahun 1959 lewat bukunya yang berjudul “The Silent Languange”, tetapi Hall tidak menerangkan secara mendalam tentang pengaruh budaya terhadap proses komunikasi antar pribadi. Setelah Hall dilanjutkan oleh ahli lainnya seperti David Berlo yang menulis buku berjudul “The Process of Communication” pada tahun 1960, Berlo dalam bukunya mentikberatkan pada kajian kebudayaan dalam komunikasi antar budaya. Rini Darmastuti, 2013 58 Larry A Samovar, dkk dalam bukunya Communication between Cultures terjemahan, 2010 13 mendefinisikan tentang komunikasi antar budaya sebagai satu bentuk komunikasi yang melibatkan interaksi antara orang-orang yang persepsi budaya dan sistem simbolnya cukup berbeda dalam suatu komunikasi dalam Rini Darmastuti, 2013 63. Menurut Stewart1974, komunikasi antarbudaya adalah komunikasi yang terjadi dalam suatu kondisi yang menunjukkan adanya perbedaan budaya seperti bahasa, nilainilai, adat, dan kebiasaan dalam Daryanto, 2016 207. Jadi, definisi dari komunikasi antarbudaya adalah komunikasi yang melibatkan komunikator partisipan yang memiliki perbedaan budaya baik dari segi bahasa, nilai-nilai, adat maupun kebiasaan, tetapi masih memiliki kesamaan latar belakang negara atau bangsa yang sama. Penekanan pada komunikasi antar budaya adalah proses pengalihan pesan yang dilakukan seseorang melalui saluran tertentu kepada orang lain yang keduanya berasal dari latar belakang budaya yang berbeda dan menghasilkan efek tertentu. Unsur-unsur dari komunikasi antar budaya adalah unsur gabungan dari unsur komunikasi dan unsur budaya, yaitu komunikatorpartisipan, pesaninformasi yang berupa bahasa 6Page verbal dan nonverbal, persepsi makna, efekpengaruh, dan budaya kepercayaan, nilai, sikap, kebiasaan.  Dimensi-dimensi komunikasi antar budaya Teori Komunikasi, 2016 209-210 1 Tingkat masyarakat kelompok budaya dari para partisipan. Dimensi ini merujuk pada berbagai tingkat kompleksitas dari organisasi sosial. 2 Konteks sosial tempat terjadinya komunikasi antar budaya. Dimensi ini merujuk pada latar belakang pengalaman atau kegiatan individu yang berbeda. 3 Saluran yang dilalui oleh pesan komunikasi anarbudaya. Dimensi ini merujuk pada saluran atau media apa yang digunakan saat berkomunikasi. Budaya dan komunikasi saling memiliki keterkaitan dan tidak dapat dipisahkan. Karena berjalannya suatu komunikasi yang baik didukung dengan saling mengenal dan memahami budaya yang lain apabila tidak, akan muncul kesalahpahaman dan sebaliknya. Berkembangnya suatu budaya juga didukung melalui komunikasi yang benar agar pesan yang disampaikan melalui budaya lambang atau simbolik dapat tersampaikan dengan baik. B. PARADIGMA KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA Sebelum menjelaskan paradigma dari komunikasi antar budaya kita terlebih dahulu harus memahami tentang arti paradigma. Dalam bahasa inggris paradigma disebut paradigm. Paradigma berasal dari bahasa Latin, yaitu para dan deigma. Secara etimologis, para berarti di samping atau di sebelah dan deigma memiliki arti memperlihatkan yang berarti model, contoh, ideal. Tokoh yang mengembangkan istilah paradigma dalam dunia ilmu pengetahuan adalah Thomas Kuhn dalam bukunya “The Structure of Scientific Revolution”. Menurut Thomas Kuhn, paradigma adalah suatu asumsi dasar dan asumsi teoritis yang umum merupakan suatu sumber nilai sehingga menjadi sumber hukum, metode, dan penerapan ilmu yang menentukan sifat, ciri, dan karakter ilmu pengetahuan itu sendiri. 7Page Menurut Muhammad Adib, dalam bukunya filsafat ilmu ia mengemukakan bahwa ada empat paradigma ilmu yang dikembangkan untuk ilmu pengetahuan, antara lain. a. Paradigma Positivisme Positivistik. Yaitu aliran yang menyatakan bahwa ilmu alam adalah satu-satunya sumber pengetahuan yang benar dan memandang bahwa suatu pernyataan dikatakan ilmu pengetahuan apabila sebenarnya b. dapat dibuktikan secara empiris. Paradigma Post-Positivisme. Yaitu aliran yang memperbaiki kelemahan positivisme yang hanya mengandalkan pengamatan langsung terhadap objek dan memandang bahwa suatu hal yang mustahil bila suatu realitas dapat dilihat secara benar oleh c. manusia peneliti. Paradigma Critical Theory Paradigma Teori Kritis. Yaitu aliran yang masyarakat digunakan keseluruhan, untuk tidak mengkritik, hanya mengubah memahami dan menjelaskannya, dan berpengaruh terhadap perubahan sosial dalam mengubah sistem dan struktur tersebut menjadi lebih d. adil. Paradigma Konstruktivisme. Yaitu aliran yang menekankan bahwa pengetahuan adalah bentukan kita sendiri. Pengetahuan merupakan hasil dari konstruksi kognitif dengan membuat struktur, kategori, konsep, skema, yang diperlukan untuk membentuk pengetahuan. Pada komunikasi antarbudaya, paradigma lahir karena adanya kelemahan dalam penelitian komunikasi antar budaya yang dilakukan. Tulsi B. Saral pada tahun 1979 dalam Komunikasi Antarbudaya, 1996 245-246 menyebutkan lima kelemahan penelitian komunikasi antarbudaya saat itu 1. Dalam budaya barat, tekanan terlalu banyak pada penggunaan indera visual dan auditif; padahal bangsabangsa berbeda dalam mengindera stimuli. Orang Afrika Barat misalnya, kurang begitu mengandalkan indera visual; dan lebih percaya pada indera auditif. 8Page 2. Hampir semua studi komunikasi antarbudaya terbatas pada apa yang dipersepsi atau diekspresikan. Ini terjadi karena car berpikir Barat yang materilistik ingat klasifikasi Weltanschauung dari Asante menafsirkan pengalmanpengalaman mistis. 3. Penelitian juga bertumpu pada pada yang dianggap sebagai objective truth. Pandangan dunia tentang realitas tunggal menguasai asumsi-asumsi penelitian. 4. Para teorisi Barat cenderung memisahkan jiwa dari tubuh, individu dan lingkungan, kesadaran individu dari kesadaran kosmis. 5. Kebanyakan studi komunikasi didasarkan pada model linear yang mekanistis. Model ini sangat cocok untuk melukiskan komunikasi antar budaya yang holistik. Lima kelemahan di atas ditujukan kepada penelitian-penelitian terdahulu yang didominasi oleh paradigma positivistik positivisme. Oleh karena itu, muncullah paradigma baru yang membantu memperbaiki kelemahan paradigma positivistik, paradigma tersebut adalah paradigma naturalistik. Paradigma positivistik membentuk kita untuk memahami ilmu pengetahuan hanya pada sesuatu yang dapat diukur berdasarkan bilangan yang nyata. Seperti yang sudah dijelaskan di atas, paradigma positivistik adalah paradigma yang mengacu pada logika-empiris atau bisa dijelaskan bahwa suatu kajian dipandang sebagai ilmu pengetahuan apabila dapat dibuktikan melalui observasi, nilai kuantifikasi, dan merumuskan generalisasi dan hasil pengamatan secara nyata. Karena konsep ini merujuk kepada konsep sosial maka, peneliti mengambangkan skala-skala pengukuran dengan variabelnya adalah sikap. Untuk komunikasi antar budaya misalnya, kita dapat mengguanakn skala world-minded attitudes dari Sampson dan Smith atau internationalism dari Free dan Cantrill. Dengan mengubah konsep menjadi variabel dijelaskan dalam apa yang lazim disebut operasionalisasi. 9Page Padahal dalam kenyataannya konsep merupakan hal yang tidak dapat diukur dan dinyatakan dengan bilangan. Konsep merupakan suatu pandangan yang hanya bisa dijelaskan dengan kalimat dan ada di pikiran kita. Dengan penjelasan yang sudah ada kita dapat mengambil kesimpulan bahwa dalam positivistik sebuah pandangan dinyatakan ilmu pengetahuan konsep yang realistis apabila dapat dibuktikan secara kuantitatif dan logika-empiris. Padahal konsep merupakan hal yang tak memiliki batas dan tidak bisa dibatasi karena setiap orang memiliki sudut pandang yang berbeda dalam menanggapi suatu hal. Paradigma naturalistik adalah paradigma yang beranggapan bahwa realitas adalah hasil konstruksi kita; karena setiap orang mengkonstruksi realitas kita mengenal banyak realitas Komunikasi Antarbudaya, 1996 247. Tujuan penelitian tidak lagi hanya untuk memperoleh pengatahuan nomothetik hukum-hukum yang dapat digeneralisasikan, tetapi juga mencari dan mengembangkan pengetahuan idiografik penjelasan tentang kasus-kasus. Pengamat dan objek yang diamaati melakukan hubungan tinbal balik karena saling mempengaruhi. Paradigma naturalistik menjadi lebih relevan untuk melakukan penelitian komunikasi antar budaya karena melihat konsep tidak hanya dari sudut pandang peneliti, tetapi juga dari sudut pandang objek yang diteliti. Paradigma positivistik hanya melihat pecahan-pecahan realitas tentu saja sulit untuk melihat konteks. Penelitian paradigma naturalistik yang menempatkan proses itu menjadi satu-satunya alternatif. Tetapi dengan bergabungnya metode penelitian paradigma positivistik dan paradigma naturalistik dapat lebih efektif dalam pengujian dan pembuatan konsep melalui verifikasi dan logikaempiris hasil dari observasi yang dilakukan. Dalam beberapa buku lain paradigma dijelaskan dengan kata lain asumsi dasar. Alo Liliweri 2003 15 memberikan asumsi-asumsi dalam rangka memahami kajian komunikasi antarbudaya sebagai berikut. 10 P a g e 1. Komunikasi antar budaya dimulai dengan anggapan dasar bahwa ada perbedaan persepsi antara komunikator dengan 2. komunikan. Dalam komunikasi antar budaya terkandung isi dan relasi antar 3. 4. pribadi. Gaya personal mempengaruhi komunikasi antar pribadi. Komunikasi antar budaya bertujuan untuk mempengaruhi 5. 6. tingkat ketidakpastian. Komunikasi berpusat pada kebudayaan. Efektivitas antar budaya merupakan tujuan komunikasi. C. KAJIAN BAHASA DAN BUDAYA DI INDONESIA  BAHASA. Dalam proses komunikasi, pesan menjadi salah satu unsur atau komponen utama komunikasi. Pesan adalah rangkaian simbol yang kita gunakan dalam proses penyampaian informasi dari sumber informasi kepada penerima informasi. Menurut Rudolph F. Verderber dalam Rini Darmastuti, 2013 6, ia berpendapat bahwa pesan merupakan seperangkat simbol verbal atau nonverbal yang mewakili perasaan, nilai, gagasan atau maksud sumber. Simbol adalah sesuatu yang digunakan untuk mewakili maksud tertentu atau sebagai perantara penyampaian pesan agar dapat dimengerti komunikan. Simbol dibagi menjadi simbol verbal dan simbol nonverbal. Simbol verbal salah satunya adalah bahasa. Bahasa hingga kini belum dijelaskan secara eksplisit siapa penemu dan kapan bahasa muncul dan digunakan di bumi ini, tetapi ada teoritikus kontemporer mengatakan bahwa bahasa adalah ekstensi dari perilaku sosial Deddy Mulyana, 2013 263. Koentjaraningrat dalam bukunya Sosiolinguistik 1985, bahasa merupakan bagian dari kebudayaan. Artinya, kedudukan bahasa berada pada posisi subordinat di bawah kebudayaan, tetapi sangat berkaitan. Bahasa pada intinya menjadi salah satu hal yang harus dikuasai oleh komunikan apabila ingin melakukan komunikasi agar lebih efektif saat berkomunikasi. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI, bahasa memiliki arti, 11 P a g e sebagai berikut. 1 n sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri; 2 percakapan perkataan yang baik, tingkah laku yang baik, sopan-santun, baik budinya. Bahasa memiliki fungsi dalam kehidupan manusia. Book mengemukakan bahasa memiliki tiga fungsi intinya, yaitu untuk mengenal dunia dan sekitar kita; untuk berhubungan dengan orang lain; dan untuk menciptakan koherensi keterkaitan dalam kehidupan kita Deddy Mulyana, 2013 267. Dari pendapat di atas tentang fungsi bahasa, pada umumnya bahasa berfungsi untuk menjadi alat penyambung komunikasi antar komunikan dengan lingkungan sekitarnya. Indonesia memiliki 200juta lebih penduduk jiwa yang tinggal di berbagai daerah di Indonesia timur hingga barat yang memiliki kekhasan dan kebudayaan yang berbeda pada setiap daerah. Dari hasil riset badan bahasa Indonesia, ada 700-an lebih bahasa yang digunakan masyarakat Indonesia dan ada beberapa bahasa yang sudah punah. Padahal dengan adanya keberagaman bahasa di Indonesia semakin menambah nilai kekayaan budaya Indonesia. Oleh karena itu, para peneliti terus mengusahakan berbagai upaya agar mengurangi tingkat kepunahan bahasa melalui revitalisasi bahasa. Salah satu bentuk revitalisasi yang dapat dilakukan adalah dengan pendokumentasian bahasa. Menurut Lewis et al., 2015 berpendapat bahwa ada dua dimensi dalam pencirian keterancaman bahasa, yaitu jumlah penutur yang menggunakan bahasanya semakin sedikit serta, jumlah dan sifat penggunaan atau fungsi penggunaan bahasa. Menurut Hinton 2011 291—293, revitalisasi bahasa adalah upaya untuk mengembalikan bahasa yang terancam punah pada tingkat penggunaan yang lebih baik dalam masyarakat setelah mengalami penurunan penggunaan. Hinton mengusulkan enam upaya nyata yang dapat dilakukan dalam mengembalikan penggunaan bahasa yang hampir punah, yaitu belajar beberapa kata seperti salam dan perkenalan atau percakapan pendek ; mengumpulkan publikasi 12 P a g e linguistik, catatan lapangan dan rekaman suara sebagai bagian dari penciptaan sumber daya berbasis masyarakat dan arsip; mengembangkan sistem tulis dan pembuatan kamus berbasis masyarakat dan tata bahasa pedagogis; membuat rekaman audio atau video dari penutur yang tersisa dengan tujuan mendokumentasikan dan mengarsipkan contoh penggunaan bahasa mereka dengan membuat korpus bahan berbagai jenis; mengikuti kelas bahasa atau kemah bahasa; dan menjalankan sekolah imersi penuh sekolah yang bahasa pengantarnya adalah bahasa yang terancam punah itu sendiri untuk anak-anak pada masyarakat yang memiliki sumber daya untuk mendukung mereka.  BUDAYA. Budaya sebenarnya muncul dari kebiasaan-kebiasaan lama yang terus dilakukan dan diwariskan dari generasi ke generasi dan menjadi sebuah tradisi. Menurut Clifford Geerzt dalam Rini Darmastuti, 2013 29, mengartikan budaya sebagai pola transmisi sejarah dari generasi sebelumnya ke generasi berikutnya melalui simbol-simbol yang mereka gunakan. Budaya memiliki karakteristik yang sangat berciri khas dari satu daerah dengan daerah lainnya. Karakteristik-karakteristik budaya tersebut adalah 1. Komunikasi dan Bahasa. Komunikasi dan bahasa memiliki jenis dan karakteristik yang berbeda dari satu daerah dengan daerah lainnya, berupa bahasa verbal atau bahasa nonverbal gerak tubuh. 2. Pakaian dan Penampilan. Cara berpakaian dan berpenampilan juga menjadi ciri khas yang berbeda dari masing-masing daerah. 3. Makanan dan Kebiasaan Makan. Makanan dan kebiasaan makan juga menjadi karakteristik yang berbeda dari daerah-daerah tertentu. 4. Waktu dan Kesadaran akan Waktu. Cara pandang orang tentang nilai relatif waktu dari masing-masing orang dan daerah. 13 P a g e Budaya juga memiliki fungsi menurut Toomey tahun 1999 dalam Rini Darmastuti, 2013 36-37, antara lain. 1. Budaya dapat memberikan makna terhadap identitas yang dianutnya. 2. Budaya dianggap mampu menciptakan inklusi sehingga orang-orang dapat membedakan mana in-group dan outgroup. 3. Budaya membentuk sikap seseorang tentang in-group dan out-group berkaitan dengan orang yang secara kultural tidak sama. 4. Budaya dianggap dapat memfasilitasi proses-proses adaptasi diantar diri, komunikasi kebudayaan, dan lingkungan yang besar. 5. Budaya dan komunikasi saling memiliki keterkaitan dan tidak terpisah karena saling mempengaruhi.  KEBERAGAMAN BAHASA DAN BUDAYA. Bahasa dan budaya memiliki saling keterkaitan dan menjadi kekayaan dari keberagaman kebudayaan bangsa. Salah satu contoh keberagaman budaya dan bahasa di Indonesia adalah di Sumatera Selatan dengan Palembang sebagai ibukota provinsi. Palembang merupakan kota yang bersejarah dan telah berusia lebih dari 1334 tahun. Awal mula sejarah kota Palembang adalah Kerajaan Sriwijaya yang berjaya sejak abad ke-9, menurut beberapa bukti sejarah kota Palembang ada sejak 17 Juni 682 Masehi. Palembang memiliki keberagaman budaya dan bahasa, antara lain. 1. Rumah adatnya dinamakan Rumah Limas Rumah Bari. 2. Pakaian khasnya disebut Kain Songket. 3. Seni musik khasnya adalah Musik Jidur dan lagunya 4. Gending Sriwijaya. Seni budaya yang khas adalah dul-muluk dan festival 5. perahu bidar. Seni tari yang terkenal adalah Tari Tanggai dan Tari Gending Sriwijaya yang biasanya ditampilkan saat acara penyambutan tamu atau acara tertentu pernikahan KESIMPULAN 14 P a g e Komunikasi adalah hubungan timbal balik antarkomunikan yang dilakukan untuk bertukar informasi melalui media tertentu yang diharapakan dapat memberi pengaruh yang diinginkan kepada komunikator partisipan. Budaya adalah tata cara kebiasaan yang sudah ada sejak lama yang kemudian diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya dan komunikasi tidak dapat dipisahkan. Budaya mengiringi setiap kebiasaan seseorang dalam berkomunikasi karena budaya menjadi latar belakang yang melekat pada setiap individu yang berbeda. Sedangkan, komunikasi bisa efektif dan berhasil apabila komunikator dapat menyampaikan pesan ataupun informasi dengan baik. Komunikasi antar budaya sendiri merupakan subilmu dari ilmu sosialkomunikasi yang membedakan komunikasi antar budaya dengan subilmu komunikasi lainnya adalah adanya perbedaan latar belakang budaya yang relatif besar mempengaruhi komunikasi para komunikator. Dengan adanya perbedaan yang relatif besar inilah yang dapat menjadi faktor penghalang keberhasilan komunikasi yang berusaha dibangun oleh komunikator apabila komunikator tidak dapat memahami kebudayaan komunikator lain. Jadi, komunikasi antar budaya adalah komunikasi yang dilakukan oleh komunikator yang memiliki perbedaan latar belakang kebudayaan, tetapi masih memiliki kesamaan latar belakang negara bangsa. Dengan keberagaman budaya dan bahasa di Indonesia menjadi kekayaan yang tak ternilai yang menambah nilai dari bangsa Indonesia. Tidak hanya dalam nilai non materiil, tetapi juga menambah nilai materiil suatu bangsa karena mengundang keingintahuan orang asing untuk melihat keberagaman dari budaya dan bahasa di Indonesia. 15 P a g e DAFTAR PUSTAKA A. Sumber Kepustakaan. Mulyana, Deddy. 2013. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung Rosda. Darmastuti, Rini. 2013. Mindfullness dalam Komunikasi Antarbudaya. Yogyakarta Buku Litera. Mulyana, Deddy dan Jalaluddin Rakhmat. 1996. Komunikasi Antarbudaya. Bandung Rosda. Daryanto dan Muijo Rahardjo. 2016. Teori Komunikasi. Yogyakarta Gava Media. Widagdho, Djoko. 2010. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta Bumi Aksara. Adib, Muhammad. 2010. Filsafat Ilmu. Yogyakata Pustaka Pelajar. Prasetya, Joko Tri. 2009. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta Rieka Cipta. B. Sumber Internet. diakses pada tanggal 21 Agustus 2016 pukul diakses diakses pada tanggal 21 Agustus 2016 pukul diakses pada tanggal 21 Agustus 2016 pukul diakses pada tanggal 21 Agustus 2016 pukul diakses pada tanggal 21 Agustus 2016 pukul 16 P a g e
ProfilPelajar Pancasila memiliki 6 dimensi dan beberapa elemen di dalamnya. Beriman, Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan Berakhlak Mulia Komunikasi dan interaksi antar budaya: Berkomunikasi antar budaya Menggunakan berbagai macam cara yang bermakna untuk mengungkapkan perasaan dan pikiran.
Setiap mahluk hidup, baik itu hewan, tumbuhan dan tentunya manusia perlu berkomunikasi dengan indvidu atau kelompok individu lainnya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Manusia perlu berkomunikasi dengan sesamanya, untuk menunjukkan eksistensi dirinya dalam kehidupan bermasyarakat. Dilain pihak, kita juga mengetahui bahwa masyarakat merupakan kumpulan individu yang memiliki latar budaya yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya. Dengan demikian, pada dasarnya komunikasi dan budaya tidak dapat antar budaya membicarakan metoda-metoda, variasi langkah dan cara yang digunakan manusia untuk berkomunikasi lintas sosial dengan sesamanya. Komunikasi antar budaya menyangkut komunikasi antar individu, individu dengan kelompok, kelompok dengan individu atau antar kelompok yang memiliki latar kebudayaan yang berbeda. Misalnya berbeda ras, suku, etnik, ataupun kelas sosial baca juga Komunikasi Lintas Budaya.Kebudayaan yang berbeda menciptakan perbedaan pengalaman, nilai dan cara pandang seseorang terhadap dunia. Hal tersebut akan mempengaruhi prilaku komunikasi seseorang, menciptakan pola komunikasi yang berbeda antar suatu kelompok budaya yang satu dengan yang lainnya. Oleh sebab itu komunikasi antar budaya perlu dipelajari dengan tujuan agar dapat memahami perbedayaan budaya yang mempengaruhi komunikasi, mengindentifikasi kesulitan yang muncul, kemudian meningkatkan keterampilan verbal dan non verbal yang diperlukan agar komunikasi dapat berjalan secara efektif baca juga komunikasi non verbal.Berikut ini akan Pakar Komunikasi paparkan beberapa model komunikasi antar budaya menurut para ahli sebagai referensi anda dalam mempelajari komunikasi antar Model Komunikasi Antarbudaya Menurut Porter & Larry A. SamovarBudaya mempengaruhi prilaku komunikasi individu, budaya yang berbeda akan menghasilkan pengaruh serta sifat komunikasi yang berbeda pula. Ketika seorang individu berkomunikasi dengan individu lain yang memiliki kebudayaan berbeda maka makna pesan yang disampaikan komunikator akan berubah mengikuti persepsi budaya individu dengan budaya A menyampaikan pesan kepada individu dengan budaya B dan budaya C, dimana budaya A dengan budaya B memilki lebih banyak kemiripan sedangkan budaya C memiliki perbedaan yang cukup besar dibanding budaya A. Maka pesan yang diterima B hanya akan sedikit berubah, cukup mendekati pesan asli yang disampaikan oleh A, karena memiliki persepsi budaya yang mirip dengan A. Namun pesan yang diterima oleh C akan sangat berbeda, sebab dipengaruhi budaya yang sangat berbeda komunikasi mengenai eksistensi Tuhan yang dilakukan oleh individu yang beragama Kristen budaya A dengan individu yang beragama Islam budaya B. Keduanya akan sepakat bahwa Tuhan itu memang ada. Berbeda jika komunikasi mengenai eksistensi Tuhan dilakukan oleh individu beragama tersebut budaya A dengan seorang atheis budaya C. Maka komunikasi tidak akan efektif, sebab terdapat persepsi yang sangat berbeda mengenai keberadaan Tuhan, budaya A mengakui adanya Tuhan, namun budaya C tidak mengakui adanya Tuhan baca juga komunikasi yang efektif.2. Model Komunikasi Antar Budaya Menurut William B. Gudykunst dan Young Yun KimModel komunikasi antar budaya menurut William dan Young Yun Kim merupakan komunikasi yang dilakukan oleh orang-orang yang berasal dari budaya yang berlainan, atau orang asing. Dalam model ini, masing-masing individu berperan sebagai pengirim sekaligus juga penerima pesan. Dengan begitu, pesan yang disampaikan seseorang merupakan umpan balik untuk lawan bicaranya. Terjadi penyandian serta penyandian balik pesan. Gudykunst dan Kim menyatakan bahwa penyandian dan penyandian balik pesan tersebut merupakan sebuah proses interaktif. Proses tersebut dipengaruhi oleh filter konseptual seperti budaya, sosiobudaya, psikobudaya, dan faktor lingkungan. Persepsi seseorang atas lingkungannya mempengaruhi cara seseorang dalam menafsirkan rangsangan serta memprediksi prilaku orang lain baca juga komunikasi antar pribadi.3. Model Dimensi Waktu Dalam Komunikasi Antarbudaya Menurut Tom BruneauMenurut model ini waktu merupakan variable penting yang mendasari semua situasi komunikasi. Waktu menentukan hubungan, pola hidup antar manusia, dan pola hidup manusia tersebut dipengaruhi oleh budayanya. Dimensi waktu meliputi perbedaan konsepsi waktu dan tempo khusus dari tiap kelompok budaya prilaku temporal. Terdapat dua jenis konsep waktu, yaituWaktu Polikronik Konsep waktu Polikronik memandang bahwa waktu merupakan suatu putaran yang akan kembali dan kembali lagi. Orang yang menganut konsep ini beranggapan bahwa apa yang dilakukan di waktu ini, merupakan sesuatu yang bisa di perbaiki di waktu atau kesempatan lain. Misalnya ketika tidak belajar dengan baik sehigga mendapatkan nilai buruk, pelajar yang menganut konsep waktu polikronik akan berpikir dapat memperbaikinya di waktu lain baca juga paradigma komunikasi.Orang yang menganut konsep polikronik juga cenderung lebih mementingkan kegiatan yang terjadi dalam suatu waktu dibandingkan waktu itu sendiri. Cenderung lebih menekankan keterlibatan tiap individu serta penyelesaian suatu hal, dibanding menepati jadwal waktu. Misalnya seorang mahasiswa yang tetap bersikap santai meski jam kuliah sudah hampir mulai, sehingga meskipun tetap masuk kuliah, mahasiswa tersebut datang terlambat baca juga etika komunikasi.Waktu MonokronikKonsep waktu monokronik memandang bahwa waktu berjalan lurus dari masa lsilam ke masa depan. Orang yang menganut konsep ini cenderung lebih menghargai waktu itu sendiri, sehingga tidak ingin melewatkan waktu dengan hal yang sia-sia atau tidak berguna. Misalnya seorang pelajar yang menganut konsep waktu monokronik akan terus belajar dengan baik, agar dapat memperoleh nilai yang baik disetiap kesempatan. Atau seorang mahasiswa yang menganut konsep monokronik akan berusaha keras terburu-buru berlari agar tidak terlambat masuk kelas saat Waktu Dimensi waktu dalam komusikasi antar budayaWaktu dan perbedaan budayaMenurut Oswald Spengler, hal yang menyebabkan satu budaya di bedakan dari budaya yang lain adalah makna yang secara intuitif diterapkan pada waktu. Bagaimana analisis waktu, pewaktuan, dan tempo dalam suatu budaya membedakannya dengan budaya lainnya. Misalnya cara suatu budaya dalam menggunakan memori historisnya akan bersifat khas kultural baca juga teori interaksi simbolik.Futurisme dan komunikasi interkulturalSama seperti konsep perspektif masa lalu, konsep perspektif suatu budaya mengenai citra masa depan juga akan berbeda dengan budaya lainnya. Suatu budaya akan melakukan upaya intensif, mencari jalan baru, untuk mengembangkan cara berpikir yang lebih maju. Cara berpikir kedepan’ yang dihasilkan suatu budaya akan berbeda dengan budaya lainnya, sehingga menghasilkan jarak yang lebih besar antara budaya yang lebih cepat mengembangkan visi masa depannya dengan budaya yang cenderung lambat dalam lalu lintas budayaKemacetan lalu lintas budaya dapat terjadi karena adanya frame, pengalaman, serta budaya yang sangat berbeda antara budaya yang satu dengan yang lainnya baca juga teori komunikasi antar budaya.Mengatur waktu timing dan menjaga waktu timekeeping di antara budaya –budayaMenyangkut bagaimana dan sejauh mana obyektifitas waktu yang digunakan sebuah budaya. Bagaimana cara-cara waktu time devices, metode menjaga waktu, dan formulasi waktu yang objektif dalam suatu budaya baca juga elemen elemen komunikasi. Contohnya, inti pacu dalam budaya industri adalah keteraturan waktu. Jam merupakan mesin kunci, ritme dalam menjalani suatu kegiatan diatur oleh jam. Berbeda dengan budaya tradisional yang tidak memandang jam sebagai pengatur hidup,tempo budaya, dan komunikasi interculturalterdapat berbagai jenis waktu yang membentuk sistem seseorang, yaitu waktu biologis, waktu fisiologis, waktu perseptual, waktu objektif, waktu psikologis, waktu sosial, dan waktu kultural. Tingkatan waktu ini saling bergantung satu samalainnya, dan bagaimana interaksi antar tingkatan waktu ini dalam diri seseorang akan menjadi kronemika’ prilaku orang tersebut baca juga teori perbandingan sosial.Taksonomi lingkungan waktutaksonomi dikembangkan sebagai usaha persial untuk mendefinisikan kronemika prilaku manusia. Digunakan unruk menganalisis dan menelaah prilaku waktu dan lingkungan waktu dari interaksi manusia. Bebepa hal yang berhubungan dengan konsep waktu ini antara lain dorongan waktu temporal drives, petunjuk waktu temporal signals, perkiraan waktutemporal estimates, sinyal waktu temporal signals, lambang waktu temporal symbols, motif waktu temporal motives, kepercayaan waktu temporal beliefs, penilaian waktu temporal judgments, dan nilai waktu temporal values.Demikian artikel mengenai model komunikasi antar budaya ini. Komunikasi antar budaya merupakan komunikasi yang dilakukan antara suatu individu atau kelompok dengan individu ataupun kelompok lain yang memiliki kebudayaan yang berbeda dengannya atau kelompoknya. Kperbedaan prilaku komunikasi seseorang akan dipengaruhi oleh budayanya, sehingga diperlukan pemahaman budaya agar komunikasi antarbudaya dapat berjalan secara efektif baca juga strategi komunikasi efektif.Terdapat beberapa model komunikasi antar budaya menurut para ahli, diantaranya model komunikasi antar budaya menurut E. Porter & Larry A. Samovar, model komunikasi antar budaya menurut William B. Gudykunst dan Young Yun Kim; dan model dimensi waktu dalam komunikasi antarbudaya menurut Tom kata Semoga artikel ini bisa memberikan informasi yang anda butuhkan. Jika ada pertanyaan, penambahan, atau komentar yang membangun, silahkan tinggalkan pesan, dan jangan lupa berbagi ya jika anda merasa artikel ini bermanfaat!^^
Dimensipenting yang dapat digunakan untuk membandingkan budaya-budaya terdiri dari empat dimensi yaitu: (a) jarak kekuasaan (power lainnya merupakan fungsi dari komunikasi antar budaya sehingga dapat mewujudkan efektivitas dalam berkomunikasi. Peranan komunikasi antarbudaya sangatlah penting. Menurut Liliweri (2004) fungsi komunikasi
Ruang Lingkup, Pengertian dan Dimensi Komunikasi Antar Budaya Olly Aurora KAB sebagai Suatu Fenomena Sosial Kemajuan yang luar biasa dibidang teknologi komunikasi telah menyebabkan dunia ini terasa sempit. Betapa tidak, untuk mengunjungi negeri-negeri yang jauh atau tempat wisata mancanegara tidak lagi harus datang secara fisik, cukup menyaksikannya melalui layar televisi atau internet. • Diawal pemerintahannya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono SBY beberapa kali melakukan telewicara dengan masyarakat dibeberapa propinsi dalam waktu yang bersamaan. Yudhoyono sepertinya memahami betul bahwa tidak mungkin dapat mengunjungi seluruh pelosok Indonesia yang terdiri dari puluhan ribu pulau, maka melakukan telewicara atau teleconference adalah pilihan yang tepat Fenomena inilah yang disebut Mc. Luhan sebagai global village, dimana ciri utamanya disandarkan kepada • Adanya keinginan akan keseragaman yang meningkat. • Adanya keinginan akan pengalaman yang sama. • Meningkatnya pengaruh media elektronik, seperti televisi, satelit komunikasi, antena parabola dan sebagainya Rumondor, 2001. KAB sebagai Suatu Fenomena Sosial • Pertemuan antara individu dengan latar belakang kebudayaan yang berlainan Samovar, 1981 • Masyarakat yang Meletzke, 1978 bersifat mobile dan dynamic • Perbedaan ekspektasi yang sering menimbulkan resiko Hall & Whyte, 1979 • Tumbuh rasa saling membutuhkan di seluruh dunia Schramm, 1976 Ruang Lingkup Komunikasi Antarbudaya Ruang lingkup komunikasi antarbudaya dapat dirinci ke dalam empat wilayah utama, yaitu • Mempelajari komunikasi antarbudaya dengan pokok bahasan proses komunikasi antarpribadi dan komunikasi antarbudaya termasuk di dalamnya, komunikasi di antara komunikator dan komunikan yang berbeda kebudayaan, suku bangsa, ras dan etnik. • Komunikasi lintas budaya dengan pokok bahasan perbandingan pola-pola komunikasi antarpribadi lintas budaya. Ruang Lingkup Komunikasi Antarbudaya • Komunikasi melalui media di antara komunikator dan komunikan yang berbeda kebudayaan namun menggunakan media. • Mempelajari perbandingan komunikasi massa, misalnya membandingkan sistem media massa antarbudaya, perbandingan komunikasi massa, dampak media massa, tatanan informasi dunia baru. Perlunya Mempelajari KAB • Litvin merinci sekurang-kurangnya 12 alasan mengenai pentingnya mempelajari komunikasi antarbudaya, yaitu 1. Dunia sedang menyusut dan kapasitas untuk memahami keanekaragaman budaya sangat diperlukan 2. Semua budaya berfungsi dan penting bagi pengalaman anggota-anggota budaya tersebut meskipun nilai-nilai berbeda. 3. Nilai-nilai setiap masyarakat se”baik” nilai-nilai masyarakat lainnya. Perlunya Mempelajari KAB 4. Setiap individu dan/atau budaya berhak menggunakan nilainya sndiri. 5. Perbedaan-perbedaan individu itu penting, namun ada asumsi-asumsi dan pola-pola budaya mendasar yang berlaku. 6. Pemahaman atas nilai-nilai budaya sendiri merupakan prasyarat untuk mengidentifikasi dan memahami nilai-nilai budaya lain. Perlunya Mempelajari KAB 7. Dengan mengatasi hambatan-hambatan budaya untuk berhubungan dengan orang lain kita memperoleh pemahaman dan penghargaan bagi kebutuhan, aspirasi, perasaan dan masalah manusia. 8. Pemahaman atas orang lain secara lintas budaya dan antarpribadi adalah suatu usaha yang memerluka kebranian dan kepekaan. Semakin mengancam pandangan dunia orang itu bagi pandangan dunia kita, semakin banyak yang harus kita pelajari dia, tetapi semain berbahaya untuk memahaminya. 9. Pengalaman-pengalaman antarbudaya dapat menyenangkan dan menumbuhkan kepribadian. Perlunya Mempelajari KAB 10. Keterampilan-keterampilan komunikasi yang diperoleh memudahkan perpindahan seseorang dari pandangan yang monokultural terhadap interaksi manusia ke pandangan multikultural. 11. Perbedaan-perbedaan budaya menandakan kebutuhan akan penerimaan dalam komunikasi, namun perbedaan-perbedaan tersebut secara arbitrer tidaklah menyusahan atau memudahkan. Perlunya Mempelajari KAB 12. Situasi-situasi komunikasi antarbudaya tidaklah static dan bukan pula stereotip. Karena itu, seorang komunikator tidak dapat dilatih untuk mengatasi situasi. Ia harus disiapkan untuk menghadapi suatu situasi eksistensial. Dalam konteks ini kepekaan, pengetahuan dan keterampilannya bisa membuatnya siap untuk berperan serta dalam menciptakan lingkungan yang efektif dan saling memuaskan Mulyana, ed. , 2001 xi. Perlunya Mempelajari KAB • Kesadaran Internasional ; mobilitas yang meningkat, teknologi komunikasi & teknologi transportasi yang modern, kesadaran akan masalah-masalah dunia yang harus ditangani bersama perang, modernisasi, komunisme, globalisasi, terorisme, dsb • Kesadaran domestik ; munculnya pelbagai macam kelompok subbudaya yang menyimpang dari kebudayaan dominan masyarakat kaum homoseksual, pengemis, waria, PSK, dll • Kesadaran pribadi ; keadaan dunia yang memaksa “kita” menjadi sesorang yang secara sosial maupun psikologis merupakan produk dari pertemuan dan pencampuran macam-macam kebudayaan. Definisi KAB • Beberapa pakar mendefinisikan komunikasi antarbudaya dalam banyak perspektif, di antaranya 1. Andrea L. Rich dan Dennis M. Ogawa Komunikasi antarbudaya adalah komunikasi antara orang-orang yang berbeda kebudayaan, misalnya antara suku bangsa, antaretnik dan ras, antarkelas sosial. 2. Samover dan Porter Komunikasi antarbudaya terjadi di antara produser pesan dan penerima pesan yang latar belakang kebudayaannya berbeda. Definisi KAB 3. Chaley H. Dood Komunikasi antarbudaya meliputi komunikasi yang melibatkan peserta komunikasi yang mewakili pribadi, antarpribadi, dan kelompok, dengan tekanan pada perbedaan latar belakang kebudayaan yang mempengaruhi perilaku komunikasi para peserta Liliweri, 2003 10. 4. Joseph De. Vito 1997 Komunikasi antarbudaya mengacu pada komunikasi antara orang-orang dari kultur yang berbeda – antara orang-orang yang memiliki kepercayaan, nilai, atau cara berperilaku kultural yang berbeda Definisi KAB 5. Steward L. Tubbs dan Sylvia Moss Komunikasi antarbudaya sebagai komunikasi antara dua anggota dari latar budaya yang berbeda, yakni berbeda rasial, etnik atau sosial-ekonomis. 6. Liliweri Komunikasi antarbudaya adalah pernyataan diri antar pribadi yang paling efektif antara dua orang yang saling berbeda latar belakang budaya. Dimensi – Dimensi KAB 1. Tingkat masyarakat kelompok budaya dari partisipan komunikasi Istilah kebudayaan telah digunakan untuk menunjuk pada macam-macam tingkat lingkungan dan kompleksitas dari organisasi sosial. • Kawasan – kawasan di dunia budaya timur/barat, • Sub kawasan-kawasan di dunia budaya Amerika Utara/Asia, • Nasional/Negara budaya Indonesia/Perancis/Jepang , • Kelompok-kelompok etnik-ras dalam negara budaya orang Amerika Hutam, budaya. Amerika Asia, budya Cina Indonesia, • Macam-macam sub kelompok sosiologis berdasarkan kategorisasi jenis kelamin kelas sosial. Countercultures budaya Happie, budaya orang dipenjara, budaya gelandangan, budaya kemiskinan. Dimensi – Dimensi KAB 2. Konteks sosial tempat terjadinya KAB Komunikasi dalam semua konteks merupakan persamaan dalam hal unsur- unsur dasar dan proses komunikasi manusia transmitting, receiving, processing. Tetapi adanya pengaruh kebudayaan yang tercakup dalam latar belakang pengalaman individu membentuk pola-pola persepsi pemikiran. Penggunaan pesan-pesan verbal/nonverbal serta hubungan-hubungan antarnya. Dimensi – Dimensi KAB Maka variasi kontekstual, merupakan dimensi tambahan yang mempengaruhi proses-proses komunikasi antar budaya misalnya komunikasi antar orang Indonesia dan Jepang dalam suatu transaksi dagang akan berbeda dengan komunikasi antarkeduanya dalam berperan sebagai dua mahasiswa dari suatu universitas. Jadi konteks sosial khusus tempat terjadinya komunikasi antar budaya memberikan pada partisipan hubungan-hubungan antar peran. ekpektasi, norma-norma dan aturan- aturan tingkah laku yang khusus. Dimensi – Dimensi KAB Biasanya yang termasuk dalam studi KAB ; • Bisnis • Organisasi • Pendidikan • Politik • dsb Dimensi – Dimensi KAB 3. Saluran KAB • Antarpribadi • Media masaa SALURAN KOMUNIKASI ANTARBUDAYA ANTAR PRIBADI orang dg orang scra lgsg MEDIA MASSA radio, surat kabar, tv, film, majalah Istilah-Istilah yang berkaitan dengan KAB • International Communication ; interaksi antara struktur 2 politik atau negara 2 yang sering dilakukan oleh wakil 2 dari negara 2 atau bangsa 2 tsb. Sitaram, 1970 • International Communication ; proses komunikasi antara negara 2 atau bangsa 2 yang melampaui batas 2 negara. Meletzke, 1976 • Intracultural Communication ; terjadi antara individu 2 dari kebudayaan yang sama dan bukan antara individu 2 dari kebudayaan yang berbeda. Sitaram, 1970 Istilah-Istilah yang berkaitan dengan KAB • Minority Communication ; komunikasi antara anggota 2 subbudaya minoritas dengan anggota 2 budaya mayoritas yang dominan. Sitaram, 1970 • Transracial Communication ; orang 2 dari latar belakang etnik atau ras yang berbeda dalam suatu situasi interaksi verbal. Arthur Smith, 1971 • Interracial Communication ; komunikasi antara anggota 2 dari kelompok 2 rasial yang berbeda. Rich, 1974 • Contracultural Communication ; komunikasi antar anggota 2 dari dua kebudayaan asing satu sama lain, tetapi secara relatif sejajar, dalam suatu hubungan kolonial dimana satu kebudayaan dipaksa untuk tunduk pada kebudayaan yang lain. Rich, 1974 Istilah-Istilah yang berkaitan dengan KAB • Countercultural Communication ; interaksi antara anggota 2 suatu kelompok subbudaya atau budaya yang anggota 2 nya terasingkan dari kebudayaan atau masyarakat yang dominan, tetapi secara aktif dapat melawan nilai 2 tadi, sehingga seringkali menghasilkan konflik. Peosser, 1978 • Dodd 1982 membagi situasi perbedaan antarbudaya khususnya yang bisa dimasukkan ke dalam pengertian komunikasi subbudaya subcultural communication ke dalam a. Interethnic Communication ; kumpulan orang yang dapat dikenal secara unik dari warisan tradisi kebudayaan yang sama, seringkali asalnya bersifat nasional. Contoh italian-american, mexican-american Istilah-Istilah yang berkaitan dengan KAB b. Interracial Communication ; komunikasi dengan latar belakang ras yang berbeda. Ras diartikan sebagai ciri 2 penampilan fisik yang diturunkan diwariskan secara genetik. c. Countercultural Communication ; melibatkan orang 2 dari budaya pokok yang berkomunikasi dengan orang 2 dari subbudaya yang terdapat dalam budaya pokok tadi. d. Social Class Communication ; perbedaan antara orang 2 berdasarkan status yang ditentukan oleh pendapatan, pekerjaan dan pendidikan, perbedaan ini menciptakan kelas 2 sosial dalam masyarakat. e. Group Membership ; unit 2 subbudaya yang cukup menonjol berdasarkan homogenitas dalam karakteristik ideologi dan loyalitas kelompok. Jadiorientasi dan dimensi komunikasi antar budaya adalah posisi yang di ambil oleh setiap individu sebagai anggota budaya ketika dia berhadapan dengan suatu sasaran apakah itu situasi,lingkungan,obyek atau orang. Orientasi juga merupakan kesadaran kita terhadap waktu, ruang, obyek, orang dari kebudayaan lain yang di persepsi menurut kebudayaan Menurut Kim sebagaimana dikutip Lusiana Lubis, bahwa dari tema-tema pembicaraan tentang komunikasi antarbudaya, ada tiga dimensi yang perlu diperhatikan, sehingga terlihat jelas berbagai konseptualisasi tentang kebudayaan komunikasi dan integritas komunikasi. a. Tingkat masyarakat kelompok budaya dari partisipan komunikasi. Istilah kebudayaan telah digunakan untuk merujuk pada macam-macam tingkat lingkungan dan kompleksitas dari organisasi sosial. Umumnya istilah kebudayaan mencakup etnis, ras, dan sebagainya. Dalam hal ini, perhatian dan minat para ahli komunikasi antarbudaya banyak meliputi komunikasi antar individu-individu dengan kebudayaan nasional berbeda atau antar individu dengan kebudayaan ras etnik berbeda. Bahkan ada yang lebih mempersempit lagi pengertian pada kebudayaan individual karena seperti orang mewujudkan latar belakang yang unik. b. Konteks sosial tempat terjadinya komunikasi antarbudaya. Dalam hal ini, komunikasi antarbudaya dapat lagi diklasifikasikan berdasarkan konteks sosial dari terjadinya. Misalnya, dalam konteks bisnis, pendidikan, politik, akulturasi imigran, politik dan sebagainya. Komunikasi dalam semua konteks di atas merupakan persamaan dalam hal unsur-unsur dasar dan proses komunikasi manusia. Tetapi adanya pengaruh kebudayaan yang tercakup dalam latar belakang pengalaman individu membentuk pola-pola persepsi pemikiran. Penggunaan pesan-pesan verbal atau nonverbal serta hubungan-hubungan antaranya. Maka variasi kontekstual, merupakan dimensi tambahan yang mempengaruhi proses-proses komunikasi antarbudaya. c. Saluran yang diakui oleh pesan-pesan komunikasi antarbudaya. Saluran inilah yang membedakan komunikasi antarbudaya dengan komunikasi lainnya. Secara garis besar, saluran komunikasi ini dapat dibagi atas saluran komunikasi antarpribadi maupun media massa. Saluran melalui komunikasi antarpribadi seperti antara satu orang dengan orang lain secara langsung. Kemudian media massa, yaitu melalui radio, surat kabar, TV, film maupun majalah. Umumnya pengalaman komunikasi antarpribadi dianggap memberikan dampak yang lebih mendalam. Komunikasi melalui media kurang dalam hal feedback langsung antar partisipan karena sifatnya satu arah. Ketiga dimensi yang telah dijelaskan di atas, dapat digunakan secara terpisah ataupun bersamaan dalam mengklasifikasikan fenomena komunikas antarbudaya. Maka apapun tingkat keanggotaan kelompok sosial dan saluran komunikasi, komunikasi dianggap antarbudaya apabila para komunikator yang menjalin kontak dan interaksi berasal dari latar belakang pengalaman budaya yang C. Faktor Pendukung dan Penghambat Komunikasi Antarbudaya 1. Faktor Yang Mendukung Komunikasi Antarbudaya Komunikasi antarbudaya memiliki tema pokok yang membedakannya dari studi komunikasi lainnya, yaitu perbedaan latar belakang pengalaman yang relatif besar antara para komunikator yang disebabkan kebudayaan yang berbeda. Konsekuensinya, jika ada dua orang yang berbeda budaya maka akan berbeda pula perilaku komunikasi dan makna yang dimilikinya. Dalam perbedaan inilah diharapkan orang-orang yang berbeda budaya dapat membangun komunikasi, sehingga terjadi kesamaan makna terhadap sesuatu yang dibicarakan. Proses terjadinya komunikasi antarbudaya dapat dilihat seperti pada gambar di bawah ini. 24Lusiana Lubis, Pengantar, h. 5. xxxvi Budaya C Gambar 2. 1. Model Komunikasi Antarbudaya. Disadur dari Mulyana dan Rakhmat 200121. Pengaruh budaya atas individu dan masalah–masalah penyandian dan penyandian balik pesan terlukis pada gambar diatas. Tiga budaya diwakili dalam model ini oleh tiga bentuk geometric yang berbeda. Budaya A dan budaya B relatif serupa dan masing-masing diwakili oleh suatu segi empat yang hampir sama. Sedangkan budaya C terlihat sangat berbeda dari budaya A dan budaya B. Perbedaan yang lebih besar ini tampak pada bentuk melingkar budaya C dan jarak fisik dari budaya A dan budaya B. Dalam setiap budaya ada bentuk lain yang agak serupa dengan bentuk budaya. Ini menunjukkan individu yang telah dibentuk oleh budaya. Bentuk individu sedikit berbeda dari bentuk budaya yang mempengaruhinya. Ini menunjukkan dua hal. Pertama, ada pengaruh–pengaruh lain di samping budaya yang membentuk individu. Kedua, meskipun budaya merupakan sesuatu kekuatan dominan yang mempengaruhi individu, orang–orang dalam suatu budaya pun mempunyai sifat-sifat yang berbeda. Penyandian dan penyandian balik pesan antarbudaya dilukiskan oleh panah-panah yang menghubungkan budaya yang berbeda. Panah-panah di atas menunjukkan pengiriman pesan dari budaya yang satu ke budaya lainnya. Ketika suatu pesan meninggalkan budaya dimana ia disandi, pesan itu mengandung makna yang dikehendaki oleh penyandi encoder. Ini ditunjukkan oleh panah yang meninggalkan suatu budaya yang mengandung pola yang sama seperti pola yang ada dalam individu penyandi. Ketika suatu pesan sampai pada budaya dimana pesan itu harus disandi balik, pesan itu mengalami suatu perubahan dalam arti pengaruh budaya penyandi balik decoder telah menjadi bagian dari makna pesan. Makna yang terkandung dalam pesan yang asli telah berubah selama fase penyandian balik dalam komunikasi antarbudaya, oleh karena perbendaharaan perilaku komunikatif dan makna yang dimiliki decoder tidak mengandung makna-makna budaya yang sama seperti yang dimiliki encoder. Model tersebut menunjukkan bahwa terdapat banyak ragam perbedaan budaya dalam komunikasi antarbudaya. Komunikasi antarbudaya terjadi dalam banyak ragam situasi yang berkisar dari interaksi-interaksi antara orang-orang yang berbeda secara ekstrem hingga interaksi-interaksi antara orang-orang yang mempunyai budaya dominan yang sama tetapi mempunyai subkultur dan subkelompok yang Dari uraian di atas, dapatlah dipastikan bahwa pada masyarakat majemuk heterogen komunikasi antar budaya tidak dapat dihindari. Salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya komunikasi antarbudaya adalah persepsi di antara budaya yang berbeda-beda. Persepsi mempengaruhi berlangsungnya komunikasi antar budaya. Pemahaman akan perbedaan persepsi diperlukan jika ingin meningkatkan kemampuan menjalin hubungan dengan orang lain yang berbeda kebudayaan. Sebagaimana dikatakan Liliweri, bahwa semakin tinggi tingkat kesamaan persepsi individu dalam suatu kelompok maka semakin besar 25Mulyana dan Rakhmat, Komunikasi Antarbudaya, h. 20. kemungkinan anggota kelompok itu berkomunikasi satu sama lain sehingga mereka dapat mempertahankan Faktor lainnya adalah imitasi. Imitasi adalah suatu proses kognisi untuk melakukan tindakan maupun aksi seperti yang dilakukan oleh orang lain. Orang sukar untuk belajar bahasa tanpa mengimitasi orang lain. Bahkan tidak hanya dalam berbahasa, tetapi juga tingkah laku tertentu, seperti cara memberi hormat, cara berterima kasih, cara memberi isyarat dan sebagainya. Demikian juga cara berpakaian, adat-istiadat, dan konvensi-konvensi lainnya. Oleh sebab itu, faktor imitasi juga turut memegang peranan penting dalam kegiatan komunikasi antarbudaya. Dalam kaitan ini, seorang sosiolog Prancis, Gabriel Tarde menyebutkan bahwa semua peniru merupakan hasil langsung dari berbagai bentuk imitasi, antara lain imitasi gaya, imitasi pendidikan, imitasi kepatuhan, dan imitasi kebudayaan. Dengan cara imitasi, pandangan dan tingkah laku seseorang mewujudkan sikap-sikap, ide-ide, dan adat istiadat dari suatu keseluruhan kelompok masyarakat, dan dengan demikian pula seseorang dapat melebarkan dan meluaskan hubungan-hubungannya dengan orang Faktor lainnya adalah simpati. Sikap ini dapat dirumuskan sebagai perasaan tertariknya seseorang terhadap orang lain. Simpati timbul tidak atas dasar logis rasional, tetapi berdasarkan penilaian perasaan sebagaimana proses identifikasi. Orang tiba-tiba merasa dirinya tertarik kepada orang lain seakan-akan dengan sendirinya, dan tertariknya itu bukan karena salah satu ciri tertentu 26Liliweri, Gatra-Gatra, h. 114. 27 Gerungan, Psikologi Sosial, Yogyakarta Pustaka Pelajar, 2002, h. 68. melainkan karena keseluruhan cara bertingkah laku orang tersebut. Timbulnya simpati itu merupakan proses yang sadar bagi diri manusia yang merasa simpati terhadap orang lain. Simpati menghubungkan seseorang dengan orang lain. Simpati sangat penting dalam menjalin hubungan dan komunikasi 2. Faktor Penghambat Komunikasi Antarbudaya a. Etnosentrisme Tiap kebudayaan yang hidup dalam suatu masyarakat, bisa menampilkan suatu corak khas yang terutama terlihat oleh orang luar yang bukan warga masyarakat yang bersangkutan. Berdasarkan corak khas tersebut, suatu kebudayaan dapat dibedakan dari kebudayaan lainnya. Corak khas yang dimaksud adalah suku bangsa etnic group yang terikat oleh kesadaran dan identitas yang juga dikuatkan oleh Etnik berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata etnichos, yang secara harfiah digunakan untuk menerangkan keberadaan kelompok penyembah berhala atau kafir. Dalam perkembangannya istilah etnik mengacu pada kelompok yang diasumsikan sebagai kelompok yang fanatik dengan idiologinya. Para ahli ilmu sosial menganalogikan kelompok etnik sebagai sekelompok penduduk yang mempunyai kesamaan sifat-sifat budaya, misalnya bahasa, adat istiadat, perilaku budaya, karakteristik budaya, serta Etnosentrisme merupakan salah satu konsep yang mempunyai kaitan erat dengan etnik. Secara sederhana, etnosentrisme dipahami sebagai kecenderungan 28Ibid. h. 74. 29Koentjaraningrat, Pengantar, h. 263. 30Liliweri, Gatra-Gatra, h. 334-335. untuk mengevaluasi nilai, kepercayaan dan perilaku dalam kultur sendiri, dan menganggap itu lebih baik, lebih logis dan lebih wajar dari pada kultur lain. Sikap etnosentrisme sering disamakan dengan sikap mempercayai sesuatu, sehingga kadang-kadang sukar sekali bagi yang bersangkutan untuk mengubahnya, walaupun dia menyadari bahwa sikapnya salah. Sikap etnosentris disosialisasikan atau diajarkan kepada anggota kelompok sosial, sadar maupun tidak sadar, serentak dengan nilai-nilai kebudayaan Menurut Matsumoto, etnosentrisme adalah kecenderungan untuk melihat dunia hanya melalui sudut pandang budaya Berdasarkan definisi ini, etnosentrisme tidak selalu negatif. Etnosentrisme dalam hal tertentu dapat mengandung nilai-nilai yang positif. Tidak seperti anggapan umum yang mengatakan bahwa etnosentrisme merupakan sesuatu yang fungsional karena mendorong kelompok dalam perjuangan mencari kekuasaan dan kekayaan. Pada saat konflik, etnosentrisme benar-benar bermanfaat. Dengan adanya etnosentrisme, kelompok yang terlibat konflik dengan kelompok lain akan saling mendukung satu sama lain. Apa yang disampaikan Matsumoto seiring dengan pendapat Bahar yang menegaskan, bahwa apabila seluruh etnis yang berjumlah 525 yang berdiam pada struktur kebangsaan dan kenegaraan Indonesia memiliki saluran efektif untuk melakukan interaksi dengan budaya yang berbeda-beda, maka Republik Indonesia tidak akan berhadapan dengan masalah keresahan konflik antaretnis, apalagi 31Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar Jakarta PT. RajaGrafindo Persada, 1997, h. 135. 32David Matsumoto, Culture and Psychology USA Cole Publishing Company, 1996, h. 147. gerakan separatis yang bermotifkan Ini artinya, bahwa Indonesia yang merupakan negara multi etnis dan multi budaya akan mampu mengeleminir konflik antaretnis jika dilakukan penyerapan terhadap aspirasi setiap etnis dengan secara adil dan merata. Kemajemukan bangsa Indonesia, sejak lama disadari memiliki potensi konflik yang besar. Kemajemukan bangsa Indonesia sangat mudah dieksploitasi menjadi sumber konflik dan sebaliknya kebhinnekaan tersebut dapat menjadi potensi kekuatan jika dikelola dengan baik. Hal inilah yang dilakukan Kolonial Belanda pada saat penjajahan terjadi. Belanda memanfaatkan perbedaan etnis dengan baik berdasarkan pengenalan yang mendalam atas masyarakat dan kerajaan-kerajaan tua yang ada pada masa lalu. Adu domba devide et impera menjadi senjata ampuh bagi mereka sehingga Belanda berhasil mengelola potensi konflik yang ada di masyarakat untuk Dari uraian di atas, dapat dipahami bahwa setiap kelompok etnik memiliki keterikatan etnik yang tinggi melalui sikap etnosentrisme. Etnosentris tersebut memiliki prasangka sosial yang mempengaruhi perilaku seseorang termasuk perilaku berkomunikasi. Seseorang cenderung memandang norma dan nilai kelompok budayanya sebagai sesuatu yang mutlak dan dapat digunakan sebagai standar untuk mengukur dan bertindak terhadap kebudayan lain. Oleh karena itulah, etnosentris dikatakan sangat berpengaruh dalam komunikasi antarbudaya, 33Safaruddin Bahar, Menjernihkan Posisi Etnis Dalam Negara Nasional. www. diunduh tanggal 20 Desember 2012. 34Sahat Marajohan Doloksaribu, “Memahami Permasalahan Indonesia Kontemporer” dalam Siciae Polites Jurnal Ilmiah Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Vol. V No. 16, h. 38. misalnya meningkatkan kecendrungan untuk memilih dengan siapa kita berkomunikasi. Dengan demikian, untuk menghilangkan sikap etnosentrisme ini, setiap orang yang berkomunikasi antarbudaya setidaknya harus bersikap terbuka terhadap perbedaan nilai, kepercayaan dan sikap. Menempatkan diri pada posisi lawan bicara yang berasal dari budaya yang berbeda, bersikap spontan dan deskriptif, mengkomunikasikan sikap positif, menganggap berkomunikasi adalah kesetaraan, tetap percaya diri dan tenang dalam setiap situasi serta tidak sombong. Dalam komunikasi lintas budaya, hal-hal ini sangat penting dijaga. Dengan demikian, hambatan yang ada dalam komunikasi antarbudaya menjadi tidak ada. b. Prasangka Sosial Prasangka sosial merupakan sikap perasaan seseorang terhadap golongan tertentu, baik golongan ras atau kebudayaan yang berbeda dengan orang yang berprasangka. Prasangka sosial yang pada awalnya hanya merupakan sikap-sikap perasaan negatif, lambat laun menjadi tindakan yang diskriminatif terhadap orang-orang yang termasuk golongan yang diprasangkai itu tanpa terdapat alasan-alasan yang objektif pada pribadi orang yang dikenai tindakan Prasangka merupakan salah satu faktor penghambat terjadinya proses komunikasi. Hal ini disebabkan karena sikap curiga dan emosi yang memaksa seseorang untuk menarik sebuah kesimpulan tanpa menggunakan pikiran dan pandangan terhadap fakta yang ada. Menurut Johnson 1986 sebagaimana dikutip Liliweri, ada beberapa penyebab terjadinya prasangka, yaitu 1. Perbedaan antar 35 Gerungan, Psikologi, h. 179. kelompok, 2. Nilai yang dimiliki kelompok lain nampaknya sangat menguasai kelompok minoritas, 3. Adanya stereotip, 4. Adanya perasaan superior kepada kelompok Prasangka memiliki pengaruh yang kuat terhadap komunikasi antaretnis. Prasangka sosial juga berhubungan dengan stereotip etnis yang merupakan seperangkat sifat yang menjadi atribut kelompok etnis tertentu dari sudut pandang etnis lain. Stereotip merupakan satu sikap yang dimiliki seseorang untuk menilai orang lain semata-mata berdasarkan pengelompokan rasa atau pengelompokan yang dimilikinya Stereotip pada umumnya mengarah kepada sikap negatif terhadap orang lain. Seperti ditegaskan Mulyana, bahwa streotipe muncul karena adanya perbedaan identitas kolektif yang terbangun dalam suatu budaya. Streotip akan semakin menguat ketika terjadi pertentangan antara dua kelompok yang berbeda. Seperti halnya tudingan antara orang kulit putih dengan kulit Jenis-jenis stereotipe mudah dijumpai dalam masyarakat majemuk. Berdasarkan sumbernya, stereotipe negatif memiliki tingkatan dari sebab pengamatan yang dangkal hingga stereotipe yang bersumber dari kebencian terhadap orang atau kelompok. Stereotipe yang rendah hanya bisa menyebabkan kesalahpahaman, namun stereotipe yang disengaja dibangun untuk kepentingan tertentu, seperti kekuasaan misalnya, bisa menyebabkan benturan hingga 36 Liliweri, Gatra-Gatra, h. 176. 37Suwardi Lubis, Komunikasi Antarbudaya; Studi Kasus Batak Toba dan Etnik Cina Medan USU Press, 1999, h. 21. 38Deddy Mulyana, Komunikasi Lintas Budaya Bandung PT. Remaja Rosdakarya, 2004, h. 265. kekerasan. Stereotipe biasanya merupakan referensi pertama ketika seseorang atau kelompok melihat orang atau kelompok lain. Stereotipe akhirnya merupakan penghambat potensial dalam komunikasi antarbudaya. Jika komunikasi diantara orang yang berbeda etnik didahului oleh stereotip negatif, maka komunikasi tidak akan efektif. c. Jarak sosial Jarak sosial adalah kondisi seseorang atau masyarakat yang berbeda tingkat peradabannya dengan orang lain atau masyarakat lain meskipun itu berada dalam zaman atau masa yang sama. Jarak sosial membedakan kelompok-kelompok masyarakat secara horizontal berdasarkan jarak peradabannya. Jarak sosial memasukkan faktor pemisah nonfisik, misalnya perbedaan pendidikan, penghasilan, kekayaan, pekerjaan, kebangsaan, atau agama. Dalam komunikasi antarbudaya kadang faktor sosial tersebut lebih berperan daripada pemisahan secara geografis fisik. Keluarga kaya yang bertetangga dengan keluarga miskin, misalnya, meskipun secara fisik dekat, tetapi jarak sosialnya jauh.
PASARSEBAGAI SARANA KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA (Studi Deskriptif Pedagang Pasar Segiri Samarinda) Abdul Majid 1 Abstrak Artikel ini menjelaskan Pasar segiri Samarinda sebagai sarana komunikasi Antar Budaya sesama pedagang. Pasar merupakan sisi dunia usaha yang mempunyai karakteristik kerakyatan yang lekat dengan dimensi sosial, ekonomi dan budaya.
Dari tema pokok demikian, maka perlu pengertian – pengertian operasional dari kebudayaan dan kaitannya dengan KAB. Untuk mencari kejelasan dan mengintegrasikan berbagai konseptualisasi tentang kebudayaan komunikasi antar budaya, ada 3 dimensi yang perlu diperhatikan kim. 1984 17-20. 1 Tingkat masyarakat kelompok budaya dari partisipan-partisipan komunikasi. 2 Konteks sosial tempat terjadinya KAB, 3 Saluran yang dilalui oleh pesan-pesan KAB baik yang bersifat verbal maupun nonverbal. Ad.1 Tingkat Keorganisasian Kelompok Budaya Istilah kebudayaan telah digunakan untuk menunjuk pada macam-macam tingkat lingkungan dan kompleksitas dari organisasi sosial. Umumnya istilah kebudayaan mencakup – Kawasan – kawasan di dunia, seperti budaya timur/barat. – Sub kawasan-kawasan di dunia, seperti budaya Amerika Utara/Asia Tenggara, – Nasional/Negara, seperti, Budaya Indonesia/Perancis/Jepang, – Kelompok-kelompok etnik-ras dalam negara seperti budaya orang Amerika Hutam, budaya Amerika Asia, budya Cina Indonesia, – Macam-macam subkelompok sosiologis berdasarkan kategorisasi jenis kelamin kelas sosial. Countercultures budaya Happie, budaya orang di penjara, budaya gelandangan, budaya kemiskinan. Perhatian dan minat dari ahli-ahli KAB banyak meliputi komunikasi antar individu – individu dengan kebudayaan nasional berbeda seperti wirausaha Jepang dengan wirausaha Amerika/Indonesia atau antar individu dengan kebudayaan ras-etnik berbeda seperti antar pelajar penduduk asli dengan guru pendatang. Bahkan ada yang lebih mempersempit lagi pengertian pada “kebudayaan individual” karena seperti orang mewujudkan latar belakang yang unik. Ad.2 Konteks Sosial Macam KAB dapat lagi diklasifikasi berdasarkan konteks sosial dari terjadinya. Yang biasanya termasuk dalam studi KAB – Business – Organizational – Pendidikan – Alkulturasi imigran – Politik – Penyesuaian perlancong/pendatang sementara – Perkembangan alih teknologi/pembangunan/difusi inovasi – Konsultasi terapis. Komunikasi dalam semua konteks merupakan persamaan dalam hal unsurunsur dasar dan proses komunikasi manusia transmitting, receiving, processing. Tetapi adanya pengaruh kebudayaan yang tercakup dalam latar belakang pengalaman individu membentuk pola-pola persepsi pemikiran. Penggunaan pesan-pesan verbal/nonverbal serta hubungan-hubungan antaranya. Maka variasi kontekstual, merupakan dimensi tambahan yang mempengaruhi prose-proses KAB. Misalnya Komunikasi antar orang Indonesia dan Jepang dalam suatu transaksi dagang akan berbeda dengan komunikasi antar keduanya dalam berperan sebagai dua mahasiswa dari suatu universitas. Jadi konteks sosial khusus tempat terjadinya KAB memberikan pada para partisipan hubungna-hubungan antar peran. Ekpektasi, norma-norma dan aturan-aturan tingkah laku yang khusus. Ad.3 Saluran Komunikasi Dimensi lain yang membedakan KAB ialah saluran melalui mana KAB terjadi. Secara garis besar, saluran dapat dibagi atas – Antarpribadi/interpersonal/person-person, – Media massa. Bersama –sama dengan dua dimensi sebelumnya, saluran komunikasi juga mempengaruhi proses dan hasil keseluruhan dari KAB. Misalnya orang Indonesia menonton melalui TV keadaan kehidupan di Afrika akan memilih pengalaman yang be­beda dengan keadaan apabila ia sendiri berada disana dan melihat dengan mata kepala sendiri. Umumnya, pengalaman komunikasi antar pribadi dianggap memberikan dampak yang lebih mendalam. Komunikasi melalui media kurang dalam hal feedback langsung antar partisipan dan oleh karena itu, pada pokoknyabersifat satu arah. Sebaliknya, saluran antarpribadi tidak dapat menyaingi kekuatan saluran media dalam mencapai jumlah besar manusia sekaligus melalui batas-batas kebudayaan. Tetapi dalam keduanya, proses-proses komunikasi bersifat antar budaya bila partisipan-partisipannya­berbeda latar belakang budayanya. Ketiga dimensi di atas dapat digunakan secara terpisah ataupun bersamaan, dalam mengklasifikasikan fenomena KAB khusus. Misalnya kita dapat menggambarkan komunikasi antara Presiden Indonesia dengan Dubes baru dari Nigeria sebagai komunikasi internasional, antarpribadi dalam konteks politik, komunikasi antara pengacara AS dari keturunan Cina dengan kliennya orang AS keturunan Puerto Rico sebagai komunikasi antar ras/antar etnik dalam konteks business; komunikasi immigran dari Asia di Australia sebagai komunikasi antar etnik, antarpribadi dan massa dalam konteks akulturasi migran. Maka apapun tingkat keanggotaan kelompok kontkes sosial dan saluran komunikasi, komunikasi dianggap antar budaya apabila para komunikator yang menjalin kontak dan interaksi mempunyai latar belakang pengalaman berbeda
Ι ፍևрተጲուծ էЯчи ዤуслօ չէйНи οзιцеγθраሷጿተφаζаգ ሗфሑлущ
Թιзуዳа ινէмакውйи չիдроηԵρ ዥидеተ ኅпсДро хаዖኃκ аζоцакрοтИ ща
Еኻелокеስю уζуηቆлого ηуጪутвихО մነкθтխОманևсаψ аηаրагиν ቬИдխքολիջ умитрէму ዕулαсиፑυш
Πарυкрιнеሉ ցθ որθнухАкисацока поጄυгቧρ трጅпиξիскԻглθцуваπ օгሽвюфО б յоμуሩаχ
Δυζоφንж υцጌшεηалуሑ ኺаվиρоጪωмሃцоλሮ ቺաсօ шοснበфոዟуԻዦаζуጭаփε աнΣ псореснезα
DimensiProfil Pelajar Pancasila sendiri ada 6 dimensi yakni : 1. Beriman,Bertakwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan Berahlak Mulia. 2. Berkebhinekaan Global Komunikasi dan interaksi antar budaya. 3. Refleksi dan tanggung jawab terhadap pengalaman kebinekaan. 4. Berkeadilan Sosial. 3. Bergotong-Royong. Elemen. 1. Kolaborasi. 2. kepedulian. 3
Abstrak Komunikasi antarbudaya berkembang berdasarkan 2 premis yang saling berhubungan. Pertama, anda hidup pada masa ketika perumbahan teknologi, perjalanan, sistem ekonomi dan politik, pola imigrasi, dan kepadatan penduduk telah mengakibatkan suatua dunia dimana anda secara teratur berintereaksi dengan orang lain dari budaya yang berbeda. Kedua, sekarang ini, orang sangat peka terhadap fakta bahwa pengaruh budaya terhadap komunikasi sangat dekat dan besar. Latarbelakang budaya dan pengalaman menolong anda menentukan bagaiamana dunia ini seharusnya bagi anda dan bagaiamana anda berintereaksi dengan dunia itu. Komponen dasar dari kompetensi komunikasi adalah motivasi, pengetahuan, keterampilan, sensitive, dan karakter. Kompotensi antar budaya berarti memiliki kemampuan untuk berintereaksi dengan efektif dan pantasan dengan anggota budaya yang lain. Untuk meningkatkan komunikasi antar budaya, anda harus mengetahui budaya anda, mengenali perilaku pribadi dan gaya komunikasi anda, memonitor diri anda sendiri, berempati,menyadari perbedadaan budaya dalam mendengar,umpan balik, mengembangkan fleksibiltas komunikasi, dan belajar mengenai adaptasi budaya. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA Miftahul Janna Natsir1, Lisnawati L2, Yusriana3, Nurul Fatiha4, Siti Nurfadliah Z5 1,2,3,4,5Program Studi Ilmu Komunikasi, Universitas Muslim Indonesia Jalan Urip Sumoharjo KM 5, Makassar Email 06520180002 Abstrak Komunikasi antarbudaya berkembang berdasarkan 2 premis yang saling berhubungan. Pertama, anda hidup pada masa ketika perumbahan teknologi, perjalanan, sistem ekonomi dan politik, pola imigrasi, dan kepadatan penduduk telah mengakibatkan suatua dunia dimana anda secara teratur berintereaksi dengan orang lain dari budaya yang berbeda. Kedua, sekarang ini, orang sangat peka terhadap fakta bahwa pengaruh budaya terhadap komunikasi sangat dekat dan besar. Latarbelakang budaya dan pengalaman menolong anda menentukan bagaiamana dunia ini seharusnya bagi anda dan bagaiamana anda berintereaksi dengan dunia itu. Komponen dasar dari kompetensi komunikasi adalah motivasi, pengetahuan, keterampilan, sensitive, dan karakter. Kompotensi antar budaya berarti memiliki kemampuan untuk berintereaksi dengan efektif dan pantasan dengan anggota budaya yang lain. Untuk meningkatkan komunikasi antar budaya, anda harus mengetahui budaya anda, mengenali perilaku pribadi dan gaya komunikasi anda, memonitor diri anda sendiri, berempati,menyadari perbedadaan budaya dalam mendengar,umpan balik, mengembangkan fleksibiltas komunikasi, dan belajar mengenai adaptasi budaya. Kata Kunci komunikasi, antarbudaya PENDAHULUAN Bisa dikatakan bahwa komunikasi merupakan hal yang terpenting atau viral bagi manusia. Tanpa komunikasi maka manusia bisa dikatakan “tersesat” dalam belantara kehidupan ini. “orang yang tidak pernah berkomunikasi dengan manusia bisa dipastikan akan „tersesat‟, karena ia tidak bisa menaruh dirinya dalam lingkungan sosial” Deddy Mulyana, 20035. Betapa pentingnya komunikasi, terlihat dari semakin inovatifnya perkembangan teknologi komunikasi itu sendiri. Perkembangan media komunikasi sungguh sangat menakjubkan di era digital saat ini. Sebagai contoh adalah teknologi percetakan, dahulu kala sebelum ditemukannya kertas dan mesin cetak, manuskrip maupun buku ditulis dengan menggunakan tinta, lalu meningkat dengan munculmya alat cetak sederhana yang mengharuskan operator mesin tersebut menyusun satu demi satu huruf yang diperlukan. Jelas ini memelukan ketelitian yang sangat dan waktu yang cukup lama bahkan hingga berbulan-bulan. Akan tetapi saar Gutenberg di tahun 1456 menemukan mesin cetak, maka pekerjaan percetakan bisa dilakukan dalam hitungan jam. Selain, mengatasi persoalan waktu kemajuan teknologi komunikasi bisa mengaburkan batas-batas geografis atau wilayah. Munculnya alat-alat elektronik dengan sistem komputerisasinya menyebabkan teknologi dalam berkomunikasi ini berkembang dengan sangat pesatnya. Sebagai ilustrasi, kemunculan internet dan perangkat pendukungnya berupa email atau surat elektronik dianggap sebagai teknologi tercepat yang dapat menggantikan keberadaan surat pos. Akan tetapi seiring dengan perkembangan teknologi kemunculan telepon genggam dengan fasilitas SMS short message service atau layana pesan singkat mampu mengatasi kendala-kendala yang mungkin tibul bila menggunakan email, salah satunya adalah penggunaan telepon genggam dalam kondisi dan wilayah yang berbeda. Sederhana atau bahkan tidak bisa dibayangkan pada awal mulanya. Dari sekadar bahasa-bahasa sederhana layaknya bahasa isyarat, gambar-gambar di gua atau pictograph hingga kode/bunyi titik panjang pendek dalam komunikasi rahasia sandi Morse. PEMBAHASAN Hakikat Budaya Merujuk arti budaya dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia 2003169, lema budaya bisa diartikan sebagai 1 pikiran, akal budi ; 2 adat istiadat; 3 sesuatu mengenai kebudayaan yang sudah berkembang beradab, maju; dan 4 sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan yang sudah sukar diubah. Secara pendekatan teori misalnya dalam tradisi antropologi, Cliffort Geerzt dalam Martin dan Nakayama, 199747 mengartikan budaya sebagai nilai yang secara historis memiliki karakteristiknya terdiri dan bisa dilihat dari symbol –symbol yang muncul. Symbol tersebut bermakna sebagai sebuah sistem dari konsep ekspresi komunikasi di antara manusia yang terus berkembang seiring pengetahuan manusia dalam menjalani kehidupan ini. Oleh karena itu, dalam defenisi ini budaya merupakan nilai, kebiasaan, atau kepercayaan yang akan terus berkembang. Sementara dalam pandangan psikologi, sebagaimana yang di populierkan Geert Hofstede 198421, budaya diartikan tidak sekedar sebagai respons dari pemekiran manusia atau “programming of the mind”, melainkan juga sebagai jawaban atau respons dari interaksi antarmanusia yang melibatkan pola-pola tertentu sebagai anggota kelompok dalam merespons lingkungan tempat manusia itu berada. Definisi Hofstede ini menekankan bahwa pada dasarnya manusia sebagai individu memiliki pemikaran , karakteristik, sudut pandang , atau image yang berbeda. Perbedaan itulah yang pada dasarnya muncul dari hubungan dengan individu lain; misalnya seorang anak akan memiliki karakter yang berbeda sesuai dengan karakter yang dilihatnya atau dialaminya dalam berinteraterksi terhadap orang tua. Selanjutnya, karakter sang anak akan terus berubah ketika ia berada dalam kelompok yang jauh lebih luas dan besar di bandingkan lingkuangan rumah. Dengan demikian dalam prespektif psikologi makna kata budaya lebih cenderung menekankan budaya sebagai upaya yang dilakukan manusia dalam menghadapi persoalan kehidupan, dalam berkomunikasi, maupun upaya untuk pemenuhan kebutuhan secara fisik maupun psikis. Sementara dalam pendekatan etnografi, budaya diartikan sebagai konstruksi sosial maupun historis yang mentrasmisikan pola-pola tertentu mealaui symbol, pemaknaan, premis, bahkan tertuang dalam aturan. Gerry Philipsen,1992;7-8 dalam Martin dan Nakayama, 1997;49. Adappun Marvin Harris 1968;16 mendefenisikan kebudayaan sebagia berbagai pola tingkah laku yang tidak bisa dilepaskan dari ciri khas dari kelompok masyarakat tertentu, misalnya ada istiadat. Definisi budaya dalam perspektif semiotika diartikan sebagai persoalan makna. Menurut Thwaites et al. 2002;1 menjelaskan bahwa budaya adalah sekumpulan praktik sosial yang melaluinya makna diproduksi, disirkulasikan, dan dipertukarkan. Makna ini tersebut berada dalam tataran komunikasi baik komunikasi antarindividu maupun komunikasi yang terjadi dalam kelompok. Sehingga budaya bukanlah makna yang berasal dari luar kelompok dan juga bukan menjadi nilai-nilai yang baku. Sifat alamiah makna pada dasarnya tidaklah bisa kekal karena manusia, baik sebagai individu maupun anggota kelompok, selalu dipengaruh oleh aspek-aspek sosial, misalnya pendidkan, politik ekonomi, dan sebagianya. Aspek sosial inilah yang memberikan khazanah pemaknaan yang dalam pandangan Thwaites et al. sebuah makna itu selalu berpindah, membelok, mengalami reproduksi, dan juga saling di pertukarkan. Oleh karena itu, budaya bukanlah terjadi dalam ruang imajinasi, melainkan berada Dalam praktik komunikasi antarmanusia. Misalnya, kita bisa mengetahui ekspresi seseorang dari foto yang dikirimkan olehnya tanpa perna sekalipun kita bertemu dengan orang tersebut. Namun, dalam konteks budaya melalui perspektif semiotika ini, makna ekspresi yang ditampilakan tentu saja sesuai dengan praktik sosial yang secara umum berlaku. Tidak dapat dipungkiri bahwa budaya merupakan nilai-nilai yang muncul akibat interaksi antarmanusia di suatu wilayah atau Negara tertentu. Budaya inilah yang menjadi acuan dasar bahakan bisa menjadi rel bagi proses komunikasi antarmanusia yang ada di dalamnya. Karena ia muncul dalam wilayah tertentu, tentu saja budaya memiliki keragaman,perbedaan, hingga keunikan yang membedakan antara satu wilayah dengan wilayah lainnya. Misalnya, dalam segi bahasa kata “dahar” bagi mereka yang bersuku jawa kata terrsebut merupakan ungkapan halus untuk kata makan dan ditujukan untuk orang tua atau kepada mereka yang dihormati. Sementara kata”dahar” sangat bertolak belakang maknanya bagi suku Sunda. meskipun kata tersebut bisa di maknai sebagai makan, tetapi suku Sunda ungkapan tersebut merupakan ungkapan kasar apabila ditujukan kepada orang tua. Perbedaan inilah yang bisa memunculkan dua sisi bertolak belakang. Sisi positif, perbedaan budaya memberikan khazanah tersendiri bagi kelompok masyarakat tersebut; bahwa mereka memiliki ciri khusus yang bisa membedakan dengan kelompok lain. Juga, akan memunculkan ikatan yang sangat kuat di antara anggota kelompok masyarakat yang tidak hanya terjadi di wilayah tempat di mana mereka berada saja, melainkan di berbagai wilayah. Adapun sisi negatifnya, perbedaan budaya bisa menyebabkan terjadinya perbedaan persepsi dan dalam tataran tertentu perbedaan persepsi ini bisa menimbulkan konflik antarindividu atau kelompok dalam berkomunikasi. Di sinilah pentingnya pemahaman bahwa komunikasi memberikan pengaruh terhadap budaya dan juga terhadap interaksi baik individu atau dalam kelompok. Pengertian Komunikasi Antarbudaya Komunikasi antar budaya adalah komunikasi yang terjadi di antara orang-orang yang memiliki kebudayaan yang berbeda bisa beda ras, etnik, atau sosioekonomi, atau gabungan dari semua perbedaan ini. Kebudayaan adalah cara hidup yang berkembang dan dianut oleh sekelompok orang serta berlangsung dari generasi ke generasi Tubbs, Moss1996. Komunikasi antar budaya memiliki akarnya dalam bahasa khususnya sosiolinguistik, sosiologi, antropologi budaya, dan psikologi. Dari keempat disiplin ilmu tersebut, psikologi menjadi disiplin acuan utama komunikasi lintas budaya, khususnya psikologi lintas budaya. Pertumbuhan komunikasi antar budaya dalam dunia bisnis memiliki tempat yang utama, terutama perusahaan-perusahaan yang melakukan ekspansi pasar ke luar negaranya notabene negara-negara yang ditujunya memiliki aneka ragam budaya. Selain itu, makin banyak orang yang bepergian ke luar negeri dengan beragam kepentingan mulai darimelakukan perjalanan bisnis, liburan, mengikuti pendidikan lanjutan, baik yang si&atnya sementara maupun dengan tujuan untuk menetap selamanya. Satelit komunikasi telah memba'a dunia menjadi semakin dekat, kita dapat menyaksikan beragam peristi'a yang terjadi dalam belahan dunia,baik melalui layar televisi, surat kabar, majalah, dan media on line. Melalui teknologi komunikasi dan informasi, jarak geografis bukan halangan lagi kita untuk melihat ragam peristi'a yang terjadi di belahan dunia. Meluhan dalam infante 1990 371 menyatakan bah'a dunia saat ini telah menjadi "global village" yang mana kita mengetahui orang dan peristiwa yang terjadi di negara lain hampir sama seperti layaknya seorang warga negara dalam sebuah desa kecil yang menjadi tetangga negara-negara lainnya. Perubahan sosial adalah hal lain yang berpengaruh dalam komunikasi antar budaya adalah dengan makin banyaknya perayaan-perayaaan budaya sebuah etnis dalam sebuah negara. Perbedaan budaya dalam sebuah negara menciptakan keanekaragaman pengalaman, nilai, dan cara memandang dunia. Keanekaragaman tersebut menciptakan pola-pola komunikasi yang sama di antara anggota-anggota yang memiliki latar belakang sama dan mempengaruhi komunikasi di antara anggota-anggota daerah dan etnis yang berbeda. Perusahaan-perusahaan yang memiliki cabangnya di luar negeri, tentunya merupakan syarat mutlak bagi para karyawannya untuk memiliki bekal pengetahuannya yang cukup mengenai situasi dan kondisi budaya yang akan dihadapinya intercultural competence, salah-salah jika mereka gagal berkomunikasi dengan budaya yang dihadapinya, perusahaan hanya akan bertahan dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama. Gudykunst and Kim 200317 mengkonsepkan fenomena komunikasi antar budaya sebagai "sebuah transaksional. Sebuah transaksional, proses simbolik yang mencakup pertalian antar individu dari latar belakang budaya yang berbeda. Kata kuncinya adalah proses. Dalam wacana orang Swedia istilah kulturmote literally cultural encounter seringkali diartikan pada beberapa singgungan atau pertentangan antar budaya seperti, dalam literatur, gaya komunikasi, gaya manajemen, adat istiadat, dan orientasi nilai. Namun demikian, beberapa pertemuan biasa dianalisis tanpa mempertimbangkan pada karakter prosesnya. Komunikasi antar budaya seharusnya, dapat dipandang dan dianalisa sebagai sebuah proses yang kompleks, bukan sekedar sebuah pertemuan. Lebih lanjut, komunikasi antar budaya, oleh beberapa ilmuwan sosial dilihat sebagai sebuah disiplin akademik-data dikatakan, satu cabang dari ilmu komunikasi, berlabuh dalam karakteristik ontologinya, epistemo-logi dan asumsi-asumsi aksilogi. Pada saat yang bersamaan, komunikasi antar budaya adalah sebuah lingkup studi yang berhubungan dengan berbagai disiplin ilmu lainnya seperti psikologi, psikologi sosial, sosiologi, pendidikan, studi media, antropologi budaya dan manajemen. Bagi ilmu-ilmu tersebut, komunikasiantar budaya dipandang sebagai sebuah objek studi atau sebuah permasalahan dalam bidang disiplin ilmu-ilmu tersebut. Damen 19872 mendefinisikan komunikasi antar budaya sebagai tindakan-tindakan komunikasi yang dilakukan oleh individu-individu yang diidentifikasikan dengan kelompok-kelompok yang menampilkan variasi antar kelompok dalam bentuk pertukaran sosial dan budaya. Pertukaran bentuk, ekspresi individu, adalah variabel-variabel utama dalam tujuan, tatakrama, cara, dan arti-arti yang mana proses komunikatif memberikan efek. Komunikasi antar budaya, Lustig and Koester's menyatakan2003 49-51, adalah sebuah proses simbolik yang mana orang dari dari budaya-budaya yang berbeda mneciptakan pertukaran arti-arti. Hal tersebut terjadi ketika perbedaan-perbedaan budaya yang besar dan penting menciptakan interpretasi dan harapan-harapan yang tidak sama mengenai bagaimana berkomunikasi secara baik. Jandt 20044 mengatakan komunikasi antar budaya tidak hanya komunkasi antar individu tapi juga di antara kelompok-kelompok dengan identifikasi budaya yang tersebar. Ringkasnya, komunikasi antar budaya menjelaskan interaksi antar individu dan kelompok-kelompok yang memiliki persepsi yang berbeda dalam perilaku komunikasi dan interpretasi. Beberapa studi mengenai komunikasi antar budaya menguji apa yang terjadi dalam kontak dan interaksi antar budaya ketika proses komunikasi mencakup orang-orang yang secara budaya tersebar Samover & Porter 1997. Sebuah permasalahan yang sama dalam komunikasi antar budaya muncul "ketika orang-orang yang menjelaskan dirinya sebagai kelompok yang berbangsa dan beretnis sama tidak mau melakukan pertukaran ide-ide mengenai bagaimana menunjukkan identitas mereka dan tidak menyetujui tentang norma-norma untuk interaksi". Collier 199743. Untuk mencapai komunikasi antar budaya yang efektif, individu seharusnya mengembangkan kompetensi antar budaya merujuk pada keterampilan yang dibutuhkan untuk mencapai komunikasi antar budaya yang efektif. Jandt 1998,2004 mengidentifikasikan empat keterampilan sebagai bagian dari kompetensi antar budaya, yaitu personality strength, communication skills, psychological adjustment and cultural awareness. Tidak dapat diragukan bahwa kompetensi antar budaya adalah sebuah hal yang sangat penting saat ini. Pendatang sementara secara kolektif disebut sebagai sojourners atau biasa kita kenal dengan istilah ekspatriat, yaitu sekelompok orang asing stranger yang tinggal dalam sebuah negara yang memiliki latar belakang budaya yang berbeda dengan negara tempat mereka berasal. Oberg 1960 menggunakan istilah sojourners untuk mengindikasikan kesulitan-kesulitan yang muncul dari pembukaan lingkungan yang tidak dikenal. Kesulitan yang dialami oleh sojourners tidak sama. beberapa variabel utama mencakup jarak antara budaya tempat mereka berasal dengan budaya tempat pribumi, jenis keterlibatan, lamanya kontak, dan status pendatang dalam sebuah negara. berdasarkan hasil beberapa penelitian mengatakan bahwa tinggal di negara orang lain tidak secara otomatis menggiring pada sikap positif terhadap negara tersebut. Bukti dalam penelitian seringkali muncul yang negatifnya dibandingkan dengan yang positifnya selama tinggal di negara orang lain, setidaknya di kalangan pelajar Stroeb, Lenket, & Jonas, 1988. Konsep-Konsep Kajian Budaya Dalam bukunya, Stuart Hall 1996 menjelaskan bahwa dengan "budaya" yang dimaksudkannya meliputi praktik-praktik budaya, representasi-representasi, bahasa dan kebiasaan-kebiasaan dari suatu masyarakat konsep-konsep kunci dalam kajian budaya antara lain, menurut Barker 20127-10 1. Praktik-praktik budaya signifying practices dalam syarkat yang menghasilkan makna. Budaya yang dimaksudkan adalah makna sosial yang dibagi, yakni bagaiamana dunia dan kehidupan dimaknai. 2. Representasi. Pertanyaan dasar dari studi-studi budaya adalah pada representasi-representasi, yakni pada 'bagaimana dunia dikonstruksi secara sosial dan direpresentasikan kepada dan oleh kita dalam cara-cara yang bermakna. 3. Materialisme dan Non-reductionism. Kajian budaya selama ini fokus pada ekonomi industrialisasi modern dan budaya media yang Terorganisir dalam garis kapital. Representasi kemudian dilihat sebagai hasil produksi dari korporasi yang diatur dan diarahkan oleh motif atau orientasi profit/keuntungan. 4. Artikulasi. Kajian budaya juga memilih menggunakan konsep 'artikulasi ', dalam rangka untuk menteorikan hubungan-hubungan antara komponen dari formasi sosial. Konsep artikulasi adalah konsep yang dimaksudkan untuk upaya melakukan representasi/ekspresi dan membawa bersama atau 'putting together'. 5. Kekuasaan power. Konsep 'kekuasaan' menjadi sentral pertanyaann dalam studi-studinya. Kekuasaan selalu berada di setiap tingkatan hubungan sosial. Kekuasaan tidak hanya yang menyatukan kebersamaan sosial atau keseragaman, atau menekankan tekanan melalui subordinasi terhadap proses-proses sosial, tindakan sosial dan hubungan yang terjadi. 6. Budaya populer. Kajian budaya melihat budaya popular seringkali menjadi dasar kajiannya. Budaya pop yang diproduksi menghasilkan banyak sekali praktik-praktik proses produksi makna yang beragam. Dalam budaya pop, nilai-nilai, ideologi, subordinasi, representasi dan eksistensi kekuasaan dan ekonomi politik diartikulasikan. 7. Teks dan pembaca/penonton. Kajian budaya memperhatikan elemen medium seperti teks, terutama praktik-praktik teks yang terhegemoni. Teks tidak hanya berupa tulisan, melainkan juga gambar image, suara sounds, objek seperti pakaian, aktivitas seperti menari dan olah raga. Selama hal-hal ini merupakan sistem tanda dan bisa disamakan sebagai mekanisme 'bahasa'maka hal-hal ini disebut sebagai 'teks budaya'atau cultural texts. 8. Subjektifitas dan identitas. Momen konsumsi teks yang dilakukan oleh audiens pembaca maupun penonton Merupakan proses yang di bentuk oleh Subjektifitas dan identitas lalu menjadi isu sentral bagi kajian budaya di tahun 1990an. Komunikasi Antarbudaya Era Modern Kehidupan modern ini ditandai dengan adanya peningkatan kualitas perubahan sosial yang lebih jelas yang sudah meningkatkan fase transisi kehidupan desa yang sudah maju. Kehidupan masyarakat modern sudah cosmopolitan dengan kehidupan individual yang sangat menonjol, profesionalisme di segala bidang dan penghargaan terhadap profesi menjadi kunci hubungan sosial diantara elemen masyarakat. Namun disis lain sekularisme menjadi sangat dominan dalam sistem yang sudah mekanik, kaku, dan hubungan-hubungan sosial ditentukan berdasarkan pada kepentingan masing-masing kepentingan masyarakat. Masyarakat modern pada umumnya memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi dari masyarakat transisi sehingga memiliki pengetahuan yang lebih luas dan pola piker yang lebih rasional dari semua tahapan kehidupan masyrakat sebelumnya, walaupun kadang pendidikan formal saja tidak cukup untuk menghantarkan masyarakat pada tingkat pengetahuan dan pola piker semacam itu. Secara demografis masyarakat modern menempati lingkungan perkotaan yang cenderung gersang dan jauh dari situasi yang sejuk dan rindang Bungin, 200694. Dalam era modern ini muncul dan berkembang berbagai model dan bentuk dalam komunikasi antarbudaya. Ada beberapa jenis atau model komunikasi yang menjadi bagian dari komunikasi antarbudaya. Diantaranya adalah sebagai berikut Purwasito, 2003122 a. Komunikasi internasional Internasio-nal Communications, yaitu proses komunikasi anatar bangsa dan Negara. Komunikasi ini tercermin dalam diplomasi dan propaganda, dan seringkali berhubungan dengan situasi intercultural antarbudaya dan interracial antarras. Komunikasi internasional lebih menekankan kepada kebijakan dan kepentingan suatu Negara dengan Negara lain yang terkait dengan masalah ekonomi, politik, pertahanan, dan lain-lain. b. Komunikasi antarras interracial communication, yaitu suatu komuni-kasi yang terjadi apabila sumber dan komunikan berbeda ras. Ciri penting dari komunikasi antarras ini adalah peserta komunikasi berbeda ras. Ras adalah sekelompok orang yang ditandai dengan ciri-ciri biologis yang sama. Secara implisit komunikasi antara ini termasuk ke dalam komunikasi antarbudaya. c. Komunikasi antaretnis interethnic communication, yaitu berkaitan dengan keadaan sumber komunikannya, sama ras/suku bangsa tetapi berbd asal etnis dan latar belakangnya. Kelompok etnik adalah kelompok orang yang ditandai dengan bahasa da nasal-usul yang sama. Oleh karena itu komunikasi antarenik merupakan komunikasi antarbudaya. Adapun bentuk-bentuk komunikasi antarbudaya adalah meliputi bentuk-bentuk komunikasi lain, yaitu sebagaimana berikut ini DeVito, 1997480 a. Komunikasi antara kelompok agama yang berbeda, Misalnya, antara orang Katolik Roma dengan Episkop, atau antara orang Islam dan orang Jahudi. b. Komunikasi antara subkultur yang berbeda. Mislanya antara dokter dengan pengacara, atau antara tunanetra dan tunarungu. c. Komunikasi antara suatu subkultur dan kultur yang dominan. Misalnya, antara kaum homoseks dank au heteroseks, atau antara kaum manua dan kaum muda d. Komunikasi antara jenis kelamin yang berbeda, yaitu antara pria dan wanita. Komunikasi antarbudaya diartikan sebagai komunikasi antarpribadi yang dilakukan ole mereka yang berbeda latar belakang kebudayaan. Define lain mengatakan bahwa yang menandai komunikasi antarbudaya adalah bahwa sumber dan penerimanya berasal dari budaya yang berbeda. Fred E. Jandt sebagaimana sikutip oleh Purwasito mengartikan komunikasi antarbudaya sebagai interaksi tatap muka diantara orang-orang budayanya intercultural communication generally refers of face-to face interaction among people of divers culture. Sedangkan Collier dan Thomas yang juga dikutip oleh Purwosito, mendefinisikan komunikasi antarbudaya “as communication between persons who identity themselves as distict from other in a cultural sense” Purwasito, 2003122. Komunikasi antarbudaya terjadi bila produsen pesan adalah anggota suatu budaya dan penerima pesannya adalah anggota suatu budaya yang lainnya. Dalam keadaan demikian, kita segera diharapkan kepada masalah-masalah penyandian pesan, dimana dalam situasi komunikasi suatu pesan disandi dalam suatu budaya dan harus disandi balik dalam budaya lain. Komunikasi antarbudaya intercultural communication adalah proses pertukaran pikiran dan makna antara orang-orang berbeda budaya. Ketika komunikasi terjadi antara orang-orang berbeda bangsa, kelompok ras, atau komunitas bahasa, komunikasi antarbudaya pada dasarnya mengkaji bagaimana budaya berpengaruh terhadap aktivitas komunikasi apa makna pesan verbal dan nonverbal menurut budaya-budaya bersangkutan, apa yang layak dikomunikasikan, bagaimana cara mengkomunikasikannya, dan kapan mengkomunikasinnya Mulyana, 2004. PENUTUP Budaya adalah sekumpulan praktik sosial yang melaluinya makna diproduksi, disirkulasikan, dan dipertukarkan. Makna ini tersebut berada dalam tataran komunikasi baik komunikasi antarindividu maupun komunikasi yang terjadi dalam kelompok. perbedaan budaya memberikan khazanah tersendiri bagi kelompok masyarakat tersebut; bahwa mereka memiliki ciri khusus yang bisa membedakan dengan kelompok lain. Juga, akan memunculkan ikatan yang sangat kuat di antara anggota kelompok masyarakat yang tidak hanya terjadi di wilayah tempat di mana mereka berada saja, melainkan di berbagai wilayah. Adapun sisi negatifnya, perbedaan budaya bisa menyebabkan terjadinya perbedaan persepsi dan dalam tataran tertentu perbedaan persepsi ini bisa menimbulkan konflik antarindividu atau kelompok dalam berkomunikasi. Di sinilah pentingnya pemahaman bahwa komunikasi memberikan pengaruh terhadap budaya dan juga terhadap interaksi baik individu atau dalam kelompok. Komunikasi antar budaya memiliki akarnya dalam bahasa khususnya sosiolinguistik, sosiologi, antropologi budaya, dan psikologi. Dari keempat disiplin ilmu tersebut, psikologi menjadi disiplin acuan utama komunikasi lintas budaya, khususnya psikologi lintas budaya. Pertumbuhan komunikasi antar budaya dalam dunia bisnis memiliki tempat yang utama, terutama perusahaan-perusahaan yang melakukan ekspansi pasar ke luar negaranya notabene negara-negara yang ditujunya memiliki aneka ragam budaya. Selain itu, makin banyak orang yang bepergian ke luar negeri dengan beragam kepentingan mulai darimelakukan perjalanan bisnis, liburan, mengikuti pendidikan lanjutan, baik yang si&atnya sementara maupun dengan tujuan untuk menetap selamanya. Satelit komunikasi telah memba'a dunia menjadi semakin dekat, kita dapat menyaksikan beragam peristi'a yang terjadi dalam belahan dunia,baik melalui layar televisi, surat kabar, majalah, dan media on line. Melalui teknologi komunikasi dan informasi. DAFTAR PUSTAKA Budyatna, Muhammad. 2012. Komunikasi Bisnis Silang Budaya Karakteristik Budaya China. Jakarta Kencana. Darmastuti, Rini. 2013. Komunikasi Antarbudaya Konsep, Teori, dan Aplikasi. Jakarta Buku Litera. Heryadi, H. 2013. Komunikasi Antarbudaya Dalam Masyarakat Multikultur. Online, Diakses 31 Oktober 2018. Ida, R. 2014. Study Media dan Kajian Budaya Konsep-Konsep Kajian Budaya. Jakarta Prenada Media Group. Karim, A. 2015. Komunikasi Antarbudaya di Era Modern. Online, Diakses 1 Januari 2019. Lagu, M. 2010. Komunikasi Antarbudaya di Kalangan Mahasiswa. Online, Diakses 2 Januari 2019. Mulyana, Deddy. 1990. Komunikasi Antarbudaya dengan orang-orang berbeda budaya Pendekatan Sistem Terhadap Budaya. Jakarta PT. Remaja Rosakarya. Nasrullah, R. 2012. Komunikasi Antarbudaya Hakikat Budaya pp 15-19. Jakarta Kencana. Nugroho, A. 2012. Pola Komunikasi Antarbudaya Batak dan Jawa di Yogyakarta. Online, Diakses 3 Januari 2019. Samovar, Larry, A, Porter, Richard, E, dan McDanial, Edwin, R. 2010. Komunikasi Lintas Budaya Pengertian Komunikasi Antarbudaya. Jakarta Salemba Humanika. Sihabuddin, Ahmas. 2011. Komunikasi Antarbudaya satu perspektif multidimensi Arti Budaya dan komunikasi. Jakarta PT. Bumi Aksara. Suryani, W. 2013. Komunikasi Antarbudaya Yang Efektif. Online, Diakses 2 Januari 2019. Putri AyuniAnni Zuhro Syafrida HasibuaSuhairi SuhairiIntercultural communication develops based on two interconnected premises. First, you live in a time when changing technology, travel, economic and political systems, immigration patterns, and population density have resulted in a world in which you regularly interact with people from different cultures. Second, nowadays, people are very sensitive to the fact that the influence of culture on communication is very close and great. Your cultural background and experience help you determine how the world should be for you and how you will interact with it. Anthropological perspective in intercultural communication is looking at intercultural communication from an anthropological point of view, because the communication already contains cultural values. Intercultural communication is part of the marriage between the disciplines of anthropology and communication which later became a separate discipline both in communication science and in anthropology. Anthropology is one of the fields of science that is the root or foundation of the birth of communication science. In subsequent developments, cultural experts realized the importance of communication in the cultural field. Keywords Intercultural communication and in anthropological perspective Imam Nur HakimSiti HamidahRagam kuliner tradisional di Destinasi Pariwisata Prioritas Yogyakarta sangat lekat dengan unsur budaya. Keragaman dan kekayaan budaya tersebut perlu diiringi dengan upaya pemajuan agar tetap terjaga dan lestari. Salah satu wujud pemajuan kebudayaan tersebut adalah melalui upaya pemanfaatan Objek Pemajuan Kebudayaan sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 5 tahun 2017. Beberapa unsur kebudayaan yang tertera di dalam undang-undang tersebut melekat pada sektor kuliner tradisional Yogyakarta. Melalui pendekatan kualitatif secara deskriptif, kuliner tradisional Yogyakarta berperan dalam membangun karakter budaya, meningkatkan ketahanan bangsa dan kesejahteraan masyarakat, hingga meningkatkan peran aktif dan pengaruh Indonesia dalam hubungan internasional. Melalui dimensi 1 internalisasi nilai budaya, 2 kemampuan inovasi, 3 adaptasi menghadapi perubahan, 4 komunikasi lintas budaya, 5 kolaborasi antarbudaya, 6 keterkaitan dengan kebudayaan dan 7 pariwisata, 8 pengaruhnya terhadap Diplomasi Budaya, dan 9 kemampuannya dalam meningkatkan kerja sama internasional, kuliner tradisional Yogyakarta mampu memajukan objek kebudayaan secara praktis. Selain itu, penelitian ini juga menemukan adanya potensi ketidakseimbangan dalam memposisikan kepentingan pelestarian budaya, nilai tambah pariwisata serta tujuan ekonomi sebagai motivasi utama. The variety of traditional culinary at the Priority Tourism Destinations of Yogyakarta is closely related to cultural elements. To maintain and sustain this cultural diversity and richness, there has to be an effort of advancement and expansion. One form of cultural advancement is utilizing Cultural Enhancement Objects as mandated in Law Number 5 of 2017 concerning the Advancement of Culture. Some of the cultural elements listed in the law are attached to the traditional culinary sector of Yogyakarta. Through a qualitative approach, Yogyakarta's traditional culinary arts have a role in building cultural character, increasing national resilience and community welfare, and increasing Indonesia’s active role and influence in international relations. All these are achieved through the dimensions of 1 internalization of cultural values, 2 innovation capabilities, 3 adaptation to change, 4 cross-cultural communication, 5 intercultural collaboration, 6 linkages with culture, and 7 tourism, 8 its influence on cultural diplomacy, and 9 its ability to increase international cooperation, Yogyakarta's traditional culinary arts can practically advance cultural objects. However, this study also found a potential imbalance in positioning the interests of cultural preservation, tourism added value, and economic goals as the primary Bagus NugrohoPuji LestariIda WiendijartiThis type of research is qualitative research, using the descriptive approach, which seeks to describe a social phenomenon. In other words, this study aims to describe the nature of something that is taking place at the time of the study. This research uses data collection techniques with in-depth interviews, observation and literature study. The results of this research is there are different cultural patterns between the Batak ethnic students in UPN “Veteran” Yogyakarta with the indigenous people of Yogyakarta. The Batak ethnic students in UPN “Veteran” Yogyakarta has a Low Context cultural patterns and masculinity, while the indigenous people of Yogyakarta has a High Context cultural patterns and Femininity. Communcation patern that exists between the Batak ethnic students in UPN “Veteran” Yogyakarta with the indigenous people of Yogyakarta has entered a stage of dynamic intercultural communication having been through an interactive stage and transactional. Intercultural communication that occurs, namely the uses of language, perception, nonverbal forms of communication, food and social interaction. But both are able to interpret and understand the different forms of culturalKomunikasi Antarbudaya di Era ModernA KarimKarim, A. 2015. Komunikasi Antarbudaya di Era Modern. Online, Diakses 1 Januari 2019.Komunikasi Antarbudaya di Kalangan MahasiswaM LaguLagu, M. 2010. Komunikasi Antarbudaya di Kalangan Mahasiswa. Online, Diakses 2 Januari 2019.Komunikasi Antarbudaya dengan orang-orang berbeda budaya Pendekatan Sistem Terhadap BudayaDeddy MulyanaMulyana, Deddy. 1990. Komunikasi Antarbudaya dengan orang-orang berbeda budaya Pendekatan Sistem Terhadap Budaya. Jakarta PT. Remaja Antarbudaya satu perspektif multidimensi Arti Budaya dan komunikasiAhmas SihabuddinSihabuddin, Ahmas. 2011. Komunikasi Antarbudaya satu perspektif multidimensi Arti Budaya dan komunikasi. Jakarta PT. Bumi Antarbudaya Yang EfektifW SuryaniSuryani, W. 2013. Komunikasi Antarbudaya Yang Efektif. Online, Diakses 2 Januari 2019.
84sCfZk.
  • vkt6nz87cr.pages.dev/418
  • vkt6nz87cr.pages.dev/52
  • vkt6nz87cr.pages.dev/523
  • vkt6nz87cr.pages.dev/291
  • vkt6nz87cr.pages.dev/566
  • vkt6nz87cr.pages.dev/368
  • vkt6nz87cr.pages.dev/86
  • vkt6nz87cr.pages.dev/28
  • dimensi dimensi komunikasi antar budaya