Seiringkonsep tata negara kerajaan-kerajaan Kuno di Nusantara, Kerajaan Kediri yang telah melewati 9 raja mulai melemah. peperangan itu bukan untuk kepentingan politik praktis. Justru, untuk menemukan bentuk yang lebih baik dari kekuasaan. "Dulu, semua kerajaan di Nusantara ini menganut sistem tata negara yang demikian. Mereka
- Halo sobat, pada postingan kali ini kita akan membahas tentang Kerajaan Kediri. Kerajaan yang dahulu terletak di Jawa Timur ini pernah dipimpin oleh Raja Jayabaya. Nama Jayabaya sendiri mahsyur dengan kerajaan menjadi dua, kerajaan yang dipimpin oleh Airlangga sudah memiliki nama Panjalu yang ada di Daha, sehingga Kerajaan Janggala terlahir dari pecahan Panjalu, sedangkan Kahuripan merupakan nama kota lama yang ditinggalkan Airlangga lalu menjadi ibu kota Janggala. Awalnya, nama Panjalu lebih sering digunakan dibandingkan dengan Kediri atau Kadiri yang terbukti dari beberapa prasasti raja-raja Kediri. Nama Panjalu sendiri dikenal dengan Pu Chia Lung pada kronik Cina yakni Ling wai tai ta tahun 1178. Kediri atau Kadiri berasal dari kata Khadri yaitu bahasa Sansekerta dengan arti pohon mengkudu atau pohon Awal Berdirinya Kerajaan Kediri Pada awal Sejarah Kerajaan Kediri atau Panjalu sebenarnya tidak terlalu diketahui dan pada prasasti Turun Hyang II tahun 1044 yang dibuat Kerajaan Janggala hanya menceritakan tentang perang saudara dari kedua kerajaan peninggalan Airlangga tersebut. Sejarah dari Kerajaan Panjalu baru mulai terkuak saat Prasasti Sirah keting tahun 1104 atas nama Sri Jayawarsa ditemukan. Dari beberapa raja sebelum Sri Jayawarsa hanya Sri Samarawijaya saja yang sudah diketahui, sementara untuk urutan raja sedudah Sri Jayawarsa diketahui secara jelas lewat beberapa prasasti yang akhirnya ditemukan. Kerajaan Panjalu yang berada di bawah pemerintahan Sri Jayabhaya bisa menaklukan Kerajaan Janggala dengan semboyan yang ada pada Prasasti Ngantang tahun 1135 yakni Panjalu Jayati, atau Panjalu Menang. Pada masa pemerintahan Sri Jayabhaya tersebut, Kerajaan Panjalu memperoleh masa kejayaan dan wilayah kerajaan tersebut adalah seluruh Jawa dan juga beberapa buah pulau Nusantara dan juga mengalahkan pengaruh dari Kerajaan Sriwijaya di Sumatra. Bukti ini semakin diperkuat dengan kronik Cina yang berjudul Ling wai tai ta dari Chou Ku fei pada tahun 1178. Dalam prasasti tersebut dijelaskan jika menjadi negeri paling kaya selain Cina secara berurutan merupakan Arab, Jawa dan juga Sumatra dan pada saat itu yang berkuasa di Arab adalah Bani Abbasiyah, sementara di daerah Jawa merupakan Kerajaan Panjalu dan di Sumatra adalah Kerajaan Sriwijaya. Chou Ju Kua melukiskan jika di Jawa menganut 2 agama yang berbeda yakni Buddha serta Hindu dengan penduduk Jawa yang sangat berani serta emosional dan waktu senggangnya dipakai untuk mengadu binatang, sedangkan untuk mata uang terbuat dari campuran perak serta tembaga. Dalam buku Chu fan chi disebutkan jika Jawa merupakan maharaja yang memiliki wilayah jajahan Pacitan [Pai hua yuan], Medang [Ma tung], Tumapel, Malang [Ta pen], Dieng [Hi ning], Hujung Galuh yang sekrang menjadi Surabaya [Jung ya lu], Jenggi, Papua Barat [Tung ki], Papua [Huang ma chu], Sumba [Ta kang], Sorong, Papua Barat [Kulun], Tanjungpura Borneo [jung wu lo], Banggal di Sulawesi [Pingya i], Timor [Ti wu] dan juga Maluku [Wu nu ku]. Situs Tondowongso yang ditemukan pada awal 2007 dipercaya sebagai peninggalan Kerajaan Kediri yang dianggap bisa membantu mendapatkan lebih banyak informasi tentang Kerajaan kediri. B. Perkembangan Politik Kerajaan Kediri Mapanji Garasakan memiliki lama pemerintahan yang sebentar lalu digantikan oleh Raja Mapanji Alanjung tahun 1052 sampai 1059 M lalu diganti kembali dengan Sri Maharaja Amarotsaha. Pertempuran dari Jenggala dan Panjalu masih berlangsung sampai 60 tahun dan tidak ada berita pasti tentang 2 kerajaan tersebut sampai akhirnya muncul Raja Bameswara tahun 1116 sampai 1136 M dari Kediri. Pada masa tersebut, ibu kota Panjalu sudah dipindahkan dari Daha menuju Kediri sehingga lebih terkenal dengan sebutan Kerajaan kediri. Raja Bameswara mengenakan lencana berbentuk tengkorak bertaring pada bagian atas bulan sabit yang biasa disebut dengan Candrakapala. Sesudah Bameswara tutun tahta kemudian dilanjutkan Jayabaya yang kemudian berhasil mengalahkan Jenggala. Pada sistem pemerintahan Kerajaan Kediri, mengalami beberapa kali pergantian kekuasaan dan terdapat beberapa raja yang berkuasa saat itu. Sri Jayawarsa Digjaya Shastraprabhu. Jayawarsa yang merupakan raja pertama kerajaan kediri pada prasasti berangka tahun 1104 dan dinamakan sebagai titisan Wisnu. Kameshwara adalah raja kedua Kerajaan Kediri yang memiliki gelar Sri Maharajake Sirikan Shri Kameshhwara Sakalabhuwanatushtikarana Sarwaniwaryyawiryya Parakrama Digjayottunggadewa atau lebih dikenal dengan Kameshwara I tahun 1115 sampai 1130. Prabu Sarwaswera yang merupakan raja taat beribadah sert budaya, ia memegang teguh pada prinsip tat wam asi yang memiliki arti, Dikaulah itu, , dikaulah semua itu, semua makhluk adalah engkau. Tujuan hidup manusia menurut prabu Sarwaswera yang terakhir adalah mooksa, yaitu pemanunggalan jiwatma dengan paramatma. Jalan yang benar adalah sesuatu yang menuju kearah kesatuan, segala sesuatu yang menghalangi kesatuan adalah tidak benar.” Prabu Kroncharyadipa merupakan nama dengan arti benteng kebenaran, Prabu memang sangat adik terhadap masyarakat dan juga pemeluk agama yang taat dalam mengendalikan diri saat pemerintahannya yang selalu memegang prinsip sad kama murka, yakni enam macam musuh dalam diri manusia. Keenam itu adalah kroda marah, moha kebingungan, kama hawa nafsu,loba rakus,mada mabuk, masarya iri hati. Raja Raja Kerajaan Kediri Berikut ini adalah daftar nama dari raja raja yang pernah memerintah di Daha, ibu kota dari Kediri 1. Airlangga [Daha Masih Ibu Kota Utuh] Pendiri dari Kota Daha yang merupakan pindahan Kota Kahuripan dan saat turun tahta tahun 1042, kerajaan dibagi menjadi 2 dan Daha menjadi ibu kota Kerajaan wilayah Barat yakni Panjalu. Menurut Nagarakretagama, kerajaan yang dipimpin Airlangga sebelum dibagi menjadi dua memiliki nama Panjalu. 2. Sri Samarawijaya [Daha Menjadi Ibu Kota Panjalu] Sri Samarawijaya adalah salah satu putra Airlangga yang namanya ditemukan pada Prasasti Pamwatan tahun 1042. 3. Sri Jayawarsa Berdasarkan Prasasti Sirah Keting tahun 1104, namun tidak diketahui apa merupakan pengganti Sri Samarawijaya atau tidak. Dalam masa pemerintahannya, Jayawarsa memberikan hadiah untuk rakyat desa sebagai wujud penghargaan sebab rakyat sudah berjasa pada raja. Dalam prasasti tersebut terlihat jika Raja Jayawarsa memiliki perhatian besar pada rakyat dan ingin membuat rakyatnya sejahtera. 4. Sri Bameswara Berdasarkan Prasasti Padelegan I tahun 1117, Prasasti Panumbangan tahun 1120 dan juga Prasasti Tangkilan tahun 1130. Prasasti tersebut lebih membahas tentang masalah seputar keagamaan. 5. Sri Jayabhaya Raja terbesar Kerajaan Panjalu dari prasasti Ngantang tahun 1135, Prasasti Talan tahun 1136 serta Kakawin Bharatayuddha tahun 1157. Kerajaan Kediri mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Prabu Jayabhaya dan strateginya untuk membuat masyarakat makmur memang mengagumkan. Kerajaan yang beribu kota di Dahono Puro, di bawah kaki Gunung Kelud tersebut memiliki tanah yang subur sehingga berbagai tanaman bisa tumbuh dengan baik. Hasil pertanian serta perkebunan sangat berlimpah dan dibagian tengah kota membelah aliran Sungai Brantas yang sangat jernih dan menjadi tempat hidup banyak jenis ikan, sehingga makanan sumber protein bisa tercukupi. Dukungan spiritual dan juga material yang diberikan Prabu Jayabhaya juga banyak serta sifat merakyat dan tujuan yang jauh ke depan membuat Prabu Jayabhaya dikenal sepanjang masa. 6. Sri Aryeswara Berdasarkan Prasasti Angin tahun 1171. Sri Aryeswara adalah raja Kediri yang mempinpin pemerintahan sekitar tahun 1171 dan nama gelar abhiseknya adalah Sri Maharaja Rake Hino Sri Aryeswara Madhusudanawatara Arijamuka. Namun, tidak diketahui dengan pasti waktu Sri Aryeswara naik tahta dan peninggalan sejarahnya yakni prasasti Angin tanggal 23 Maret 1171. Lambang Kerajaan Kediri pada masa tersebut adalah Ganesha dan Sri Aryeswara juga tidak diketahui kapan masa pemerintahannya Sri Ganda Berdasarjan Prasasti Jaring tahun 1181. Pemakaian nama hewan pada pangkat seperti nama gajah, tikus dan kerbau dimana nama-nama itu memperlihatkan tinggi atau rendahnya pangkat orang dalam istana. 8. Sri Sarwaswera Bisa dilihat dari prasasti Padelegan II tahun 1159 serta Prasasti Kahyunan tahun 1161. Sri Sarwswera merupakan raja yang taat dalam beragama serta berbudaya dan memegang teguh prinsip “tat wam asi”, yang berarti “dikaulah itu, dikaulah semua itu, semua makhluk adalah engkau”. Prabu Sri Sarwaswera berpendapat jika tujuan hidup akhir manusia merupakan moksa yakni pemanunggalan jiwatma dengan paramatma dan jalan kebenaran merupakan suatu jalan untuk kesatuan sehingga yang menghalangi kesatuan adalah hal tidak baik. 9. Sri Kameswara Berdasarkan Prasasti Ceker tahun 1182 serta Kakawin Smaradahana. Pada masa pemerintahannya dari tahun 1182 sampai dengan 1185 Masehi, terjadi perkembangan pesat dalam sastra seperti Mpu Dharmaja yang membuat Kitab Smaradhana dan juga dikenal dengan beberapa cerita Panji seperti cerita Panji Sri Kertajaya Berdasarkan Prasasti Galunggung tahun 1194, Prasasti Kamulan tahun 1194, Prasasti Palah tahun 1197, Prasasti Wates Kulon tahun 1205, Negarakretagama serta Pararaton. Raja Kertajaya dikenal dengan nama Dandang Gendis dan pada masa pemerintahannya, Kerajaan mulai mengalami penurunan yang disebabkan karena Kertajaya mengurangi hak dari kaum Brahmana. Keadaan tersebut lalu ditentang kaum Brahmana dan kedudukan mereka semakin tidak aman lalu banyak dari mereka yang lari dan minta pertolongan pada Tumapel yang pada saat itu diperintah Ken Arok. Raja Kertajaya lalu menyiapkan pasukan untuk menyerang Tumapel, sedangkan Ken Arok memberikan dukungan untuk kaum Brahmana dalam melakukan serangan ke Kerajaan kediri dan kedua pasukan tersebut bertemu di dekat Ganter tahun 1222 Masehi. Berikut ini adalah nama raja-raja saat Daha ada di bawah Singasari, kerajaan Panjalu runtuh pada tahun 1222 kemudian menjadi bawahan Singasari dan nama raja-raja tersebut diketahui dari Prasasti Mula Malurung. 1. Mahisa Wunga Telang Putra dari Ken Arok 2. Guningbhaya Adik Mahisa Wunga Teleng 3. Tohjaya Kakak dari Guningbhaya 4. Kertanagara Cucu Mahisa Wunga Teleng [pihak ibu] dan menjadi raja Singasari 5. Jayakatwang Keturunan Kertajaya yang merupakan Bupati Gelang Gelang dimana pada tahun 1292 melakukan pemberontakan sehingga runtuh Kerajaan Singasari dan ia membangun Kerajaan Kediri namun tahun 1293 dikalahkan Raden Wijaya pendiri Kehidupan Perekonomian Kerajaan Kediri Kehidupan perekonomian pada masa Kerajaan Kediri memiliki usaha perdagangan, pertanian serta peternakan dan dikenal sebagai penghasil kapas, beras serta ulat sutra. Ini menyebabkan kehidupan ekonomi Kerajaan Kediri terbilang makmur dan bisa terlihat dari Kerajaan yang memberikan penghasilan tetap untuk pegawai berupa hasil bumi dan ini juga didapat dari keterangan Kitab Chi Fan Chi serta Kitab Ling Wai Tai Ta. D. Kehidupan Sosial Masyarakat Kerajaan kediri Kehidupan pada masa Kerajaan Kediri sangat baik dan juga sejahtera sehingga rakyat bisa hidup dengan tenang. Ini bisa terlihat dari rumah rakyat yang baik, rapi, bersih dan juga dilengkapi lantai ubin berwarna hijau dan kuning. Sedangkan penduduknya menggunakan kain sampai bawah lutut. Kehidupan masyarakat Kerajaan Kedirisangat damai dan tenang, sehingga seni kesusastraan berkembang lebih maju adalah seni sastra dan bisa dilihat dari begitu banyak sastra sampai sekarang. Beberapa sastra tersebut sudah diulas diatas dan masih banyak lagi kitab sastra lainnya seperti Kitab Lubdaka serta Wertasancaya dari Mpu Tan Akung, Kitan Kresnayana dari Mpu Triguna serta Kitab Sumanasantaka dari Mpu Monaguna dan sebagainya. Golongan Masyarakat Kerajaan KediriMasyarakat pada masa Kerajaan Kediri dibagi menjadi 3 kedudukan yakni 1. Golongan masyarakat pusat [kerajaan] Masyarakat yang ada dalam lingkungan raja serta beberapa kerabat dalam kelompok pelayan. 2. Golongan masyarakat thani [daerah] Golongan masyarakat yang terdiri dari petugas pemerintahan atau pejabat pada wilayah thani atau daerah. 3. Golongan masyarakat non pemerintah Golongan masyarakat yang tidak memiliki kedudukan serta hubungan dengan pemerintah atau masyarakat wiraswasta. Kerajaan Kediri juga mempunyai lebih dari 300 pejabat yang bertugas mengurus serta mencatat segala sesuatu penghasilan kerajaan. Selain itu juga ada 1000 pegawai rendahan yang memiliki tugas untuk mengurus benteng, parit kota, perbendaharaan Kerajaan serta gedung tempat persediaan makanan. Kerajaan Kediri sendiri terlahir dari pembagian Kerajaan Mataram yang dilakukan Raja Airlangga tahun 1000 sampai 1049 dan ini dilakukan supaya tidak terjadi perselisihan dari anak-anak selirnya. E. Karya Sastra Kerajaan Kediri Pada masa Sejarah Kerajaan Kediri, seni sastra lebih sering digunakan dan pada tahun 1157, Kakawin Bharatayuddha ditulis Mpu Sedah yang kemudian dilselesaikan oleh Mpu Panuluh. kitab ini memiliki sumber dari Mahabharata dengan isi kemenangan Pandawa atas Korawa yang dipakai sebagai khiasan kemenangan Sri Jayabhaya atas Janggala. Mpu Panuluh juga menulis Kalawin Hariwangsa serta Ghatotkachasraya dan ada juga pujangga pada jama pemerintahan Sri Kameswara yakni Mpu Dharmaja yang menulis Kakawin Smaradahana lalu di jaman pemerintahan Kertajaya juga ada seorang pujangga lagi yakni Mpu Monaguna yang menulis Sumanasantaka serta Mpu Triguna yang menulis Kresnayana. SistemPemerintahan Kerajaan Kediri. Sistem pemerintahan kerajaan Kediri terjadi beberapa kali pergantian kekuasaan , adapun raja - raja yang pernah berkuasa pada masa kerajaan Kediri adalah: Shri Jayawarsa Digjaya Shastraprabhu. Jayawarsa adalah raja pertama kerajaan Kediri dengan prasastinya yang berangka tahun 1104. A SISTEM PEMERINTAHAN KERAJAAN SINGASARI. Jayakatwang menjadi raja dan membangun ibu kota baru di Kediri. Riwayat Kerajaan Tumapel-Singasari pun berakhir. D. HUBUNGAN KERAJAAN SINGASARI DENGAN MAJAPAHIT (penentang politik Kertanagara), ia kemudian diampuni oleh Jayakatwang dan diberi hak mendirikan desa Majapahit. Pada tahun 1293
SejarahKerajaan Kediri, Kadiri atau juga dikenal dengan nama Panjalu merupakan kerajaan Jawa Timur di tahun 1042 sampai 1222 yang berpusat di Kota Daha yang sekarang merupakan Kota Kediri. Kota Daha sendiri sudah ada sebelum Kerajaan Kediri didirikan dan Daha merupakan singkatan dari Dahanapura yang memiliki arti kora api. Ini bisa dilihat dari sebuah prasasti Pamwatan dari Airlangga pada
A Sejarah Kerajaan Mataram Islam. Kesultanan Mataram. (Kerajaan Mataram Islam) 1588-1681. Cakupan terluas Kesultanan Mataram dalam masa pemerintahan Sultan Agung Adi Prabu Hanyakrakusuma (1613-1645) Ibu Kota. Kota Gede (1588-1613)

Setelahitu, Raden Wijaya mendirikan Kerajaan Majapahit (1293) dan menobatkan dirinya dengan gelar Sri Kertarajasa Jayawardhana. Pada waktu itu, adipati Kediri yaitu Jayakatwang berhasil menggulingkan dan membunuh Kartanagara.Ketika Singasari jatuh ke tangan Jayakatwang, Raden Wijaya (menantu Kertanegara) lari ke Madura.

OStV.
  • vkt6nz87cr.pages.dev/5
  • vkt6nz87cr.pages.dev/465
  • vkt6nz87cr.pages.dev/6
  • vkt6nz87cr.pages.dev/192
  • vkt6nz87cr.pages.dev/76
  • vkt6nz87cr.pages.dev/341
  • vkt6nz87cr.pages.dev/476
  • vkt6nz87cr.pages.dev/106
  • sistem politik kerajaan kediri